Purwokerto (ANTARA) - Pergelaran Banyumas Lengger Bicara 2025 yang merupakan agenda wisata budaya di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menampilkan tarian kolosal bertajuk Satria Swarna Banyumas yang melibatkan 500 penari dari berbagai sanggar tari.
Tarian kolosal Satria Swarna Banyumas yang ditampilkan pada puncak pergelaran Banyumas Lengger Bicara 2025 di Gelanggang Olahraga Satria, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu malam, merupakan bentuk penghormatan terhadap tokoh-tokoh budaya asal Banyumas, seperti sastrawan Ahmad Tohari dan penari lengger lanang Riyanto.
Ketua Panitia Banyumas Lengger Bicara 2025 Dewi Anggyaning Tyas mengatakan misi utama kegiatan ini adalah regenerasi budaya.
“Kami ingin terus menularkan budaya lengger kepada anak-anak muda,” katanya.
Selain tarian kolosal, kata dia, penonton juga disuguhkan dengan drama tari musikal yang merupakan interpretasi dari kisah Srinthil dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Menurut dia, sebanyak 100 anak Banyumas juga tampil membawakan tarian dari berbagai daerah dalam segmen Mahakarya Nusantara.
“Sebagai bentuk penghormatan terhadap kontribusi seniman lokal, kami juga menampilkan segmen Tribute to Maestro yang diberikan kepada tiga tokoh seni Banyumas, yakni Ahmad Tohari yang merupakan sastrawan, Narsih yang merupakan penari lengger legendaris, dan R Soetedja yang merupakan musisi Banyumas,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Acara Banyumas Lengger Bicara 2025 Bagoes Satrio mengaku kesulitan dalam mengurasi laki-laki penari dari wilayah Banyumas.
Ia mengatakan dari total 500 penari utama, hanya ada 28 laki-laki penari.
Bahkan untuk kelompok anak-anak usia di bawah 11 tahun, hanya empat anak laki-laki penari yang lolos kurasi.
“Kalau di daerah lain seperti Solo dan Yogyakarta cukup mudah mencari laki-laki penari, namun di Banyumas cukup susah sekali. Ini menjadi PR kita,” katanya.
Padahal, kata dia, kehadiran laki-laki penari dinilai penting untuk menciptakan pertunjukan yang seimbang, baik dari segi artistik maupun naratif.
Ia mengharapkan melalui kegiatan Banyumas Lengger Bicara yang digelar setiap tahun akan tumbuh kesadaran bahwa penari itu tidak hanya perempuan.
“Laki-laki juga dibutuhkan untuk menciptakan karya yang lebih baik,” kata Bagoes.
Sementara itu, Pembina Yayasan Lengger Bicara Banyumas Andy F Noya mengatakan pergelaran Banyumas 2025 juga dalam rangka memperingati Hari Lengger Sedunia yang diperingati setiap tanggal 22 Juni.
Menurut dia, Hari Lengger Sedunia dicanangkan saat pergelaran Banyumas Lengger Bicara 2024 dengan tema "Banyumas 10.000 Lengger Bicara" yang berhasil tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai rekor ke-11.687 karena berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh Tim Muri, kegiatan tersebut melibatkan 10.245 penari.
"Oleh karena itu, kami ingin setiap orang tahu bahwa tiap tanggal 22 Juni di Banyumas ada pergelaran lengger," katanya.