Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena menyebutkan besarnya potensi memanfaatkan kain perca sisa industri garmen menjadi peluang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Di Jawa Tengah ini banyak sekali garmen yang mereka menyisakan (kain, red.) perca-perca," katanya, saat bertemu dengan sejumlah pengusaha lain perca dan rajut, di Semarang, Selasa.
Ia mengapresiasi adanya komunitas yang telah memanfaatkan limpahan kain perca sebagai bahan baku kerajinan, yakni Komunitas Ken Runtah dan Aura Rajut.
Namun, kata dia, potensi limbah kain perca yang ada dengan banyaknya industri garmen di Jateng dengan hanya ada dua komunitas yang memanfaatkan terlihat masih sangat kurang.
"Masih (kurang, red.). Dengan makin banyaknya komunitas, nanti akhirnya akan terbentuk komunitas yang bikin perlengkapan rumah tangga, pakaian anak, koleksi, dan sebagainya,," katanya.
Ia mendorong semakin banyaknya komunitas UMKM bertumbuh yang nantinya akan menciptakan pasar yang terpola dan berkembang dengan sangat baik.
Pada kesempatan itu, Samuel yang juga desainer memberikan sejumlah masukan atas produk-produk kerajinan yang dihasilkan dua komunitas tersebut.
"Yang sangat lemah di kedua komunitas ini adalah warna. Padahal, kebudayaan kita dan kesenian kita penuh warna yang bisa kita eksplorasi," katanya.
Mengenai potensi pasar, ia mengingatkan para pelaku UMKM untuk mendasarkan pada data, misalnya dari jumlah penduduk di Kota Semarang yang mencapai 1,7 juta orang.
"Ini baru Kota Semarang. Sudah 1,7 juta penduduknya. Diambil 10 persennya, 170.000 orang, enggak mungkin. 10 persen lagi, 17.000 orang, enggak. Oke, 10 persen lagi berarti 1.700 orang, itu pun mereka ternyata tidak fokus di situ," katanya.
Kemudian, kata dia, jangkauan atas produk UMKM selama ini sangat tipis, misalnya hanya menyasar perempuan dengan produk baju, padahal banyak produk yang bisa dihasilkan dari kain perca, seperti sarung bantal, gorden, dan taplak.
"Mereka belum produksi itu. Kenapa? Selalu alasannya 'baju laku sih'. Tapi, kalau 50 orang bikin baju, kan akhirnya sibuk lagi dengan pasarnya, enggak ada," kata Samuel.
Sementara itu, Ketua Komunitas Aura Rajut Tri Astuti mengakui bahwa pewarnaan selama ini belum menjadi fokus, padahal sangat penting untuk produk kerajinan.
"Dengan adanya undangan ini, kami merasa beruntung sekali dan bersyukur bisa menambah ilmu, menambah wawasan, terutama soal pewarnaan rajut. Jadi, memang kami itu kurang sekali dengan wawasan permainan warna," katanya.
Komunitas Aura Rajut dibentuknya pada lima tahun lalu yang beranggotakan 15 anggota tersebar di berbagai daerah, seperti Kendal, Ungaran, dan Magelang, dengan beragam produk, antara lain gantungan kunci, tas, syal, topi, dan sepatu.*
Baca juga: Samuel Wattimena: Pengembangan UMKM harus berbasis data