Solo (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen memperkuat industri tenun lurik tradisional, salah satunya di Sentral Tenun Lurik di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.
“Tenun lurik selama ini sudah dikenal sebagai ciri khas produk perajin tenun tradisional di Klaten,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Presiden Gibran Rakabuming di Sentral Industri Tenun Lurik Desa Mlese, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu.
Ia mengatakan banyak warga di daerah tersebut yang mewarisi budaya menenun lurik secara turun-temurun. Meski demikian, saat ini jumlah perajin mulai berkurang karena generasi sekarang banyak yang memilih pekerjaan lain.
“Ini sudah empat generasi, lurik ini harus kita back up, kita kuatkan, sehingga masyarakat mau kembali mencintai lurik tersebut dan regenerasinya cepat,” katanya.
Ia mengatakan tradisi menenun lurik merupakan bagian dari budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, penguatan industri ini juga merupakan bagian dari melestarikan budaya.
Selama ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memberikan perhatian penuh kepada perajin tenun, termasuk tenun lurik, salah satunya dengan menerapkan aturan mengenakan pakaian lurik sebagai seragam dinas setiap hari Selasa.
Selain itu, juga menerapkan pakaian adat setiap Kamis, yang sebagian besar pegawai memilih memakai pakaian dari kain lurik.
Ia berharap upaya penguatan industri tenun lurik dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kain lurik. Selain itu juga menjadi pembuka jalan, untuk kembali meningkatkan budaya menenun lurik.
Dengan begitu, tantangan mengenai regenerasi perajin lurik akan terjawab dengan sendirinya karena kebutuhan kain lurik meningkat di pasaran.
“Regenerasi perajin tinggal kita perkuat saja. Kalau luriknya kuat, pemasarannya baik, serapannya bagus, maka mereka akan kembali ke lurik lagi,” katanya.
Ia juga mendorong kepada para desainer busana agar bisa merancang pakaian dengan bahan lurik, supaya lurik dapat dikenakan, baik untuk acara formal maupun non formal.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga menyoroti perihal tenun lurik tradisional yang dihasilkan oleh para perajin lurik menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Menurut dia, produk tenun lurik yang dihasilkan oleh perajin banyak yang bermotif bagus dan dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.
“Kami apresiasi karena proses pembuatannya yang rumit, mulai dari pewarnaan benang sampai akhirnya menjadi kain atau pakaian,” katanya.
Meski produksi tenun lurik sudah dinilai bagus, namun Wapres Gibran ingin perajin tenun lurik tradisional bisa lebih kreatif lagi. Ia mengatakan upaya ini perlu dilakukan dengan menggandeng para desainer muda. Selain itu, perajin juga perlu dibantu terkait dengan branding produk, seperti logo dan pengemasan.
“Tadi sudah bagus untuk e-commercenya. Nanti coba kami carikan guru untuk branding-nya. Perajin juga harus sering-sering ikut event nasional maupun internasional, terus buatkan juga dengan back story-nya. Ke depan kalau bisa koperasi merah putih juga harus mengakomodir lurik," katanya saat berdialog dengan para perajin.

