Pembangunan Jembatan Kali Reja dukung mobilitas warga
Banyumas (ANTARA) - Penjabat (Pj) Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro mengharapkan dengan selesainya pembangunan jembatan Kali Reja yang menghubungkan Desa Selandaka dan Desa Kemiri, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dapat mendukung mobilitas warga setempat.
"Ini tentu merupakan kebahagiaan dan kebanggaan bagi masyarakat kedua desa, karena dengan kembali dibangunnya jembatan ini, akan membuka kembali akses lebih luas bagi masyarakat, dalam menggerakkan roda perekonomian dan pendidikan, yang pada akhirnya bisa menumbuhkan kesejahteraan masyarakat," kata Pj Bupati saat meresmikan jembatan Kali Reja di Desa Selandaka dan Desa Kemiri, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jumat.
Ia pun mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Kepala Desa (Kades) Selandaka Suto Purwoko dan Kades Kemiri Suedi untuk membangun kembali jembatan Kali Reja yang ambles akibat diterjang banjir pada bulan November 2020.
Dalam hal ini, kata dia, pembangunan jembatan tersebut menggunakan Dana Desa dari kedua desa, yakni Selandaka dan Kemiri.
Sementara itu, Camat Sumpiuh Achmad Suryanto mengatakan setelah jembatan Kali Reja ambles akibat banjir, pihaknya langsung mengajukan penanganan kepada Pemerintah Kabupaten Banyumas maupun Pemerintah Pusat.
Kendati demikian, dia mengakui jembatan tersebut berada di jalan desa, sehingga pembangunannya menjadi tanggung jawab desa.
Oleh karena membutuhkan anggaran yang cukup besar, kata dia, biaya pembangunan jembatan tersebut ditanggung oleh dua desa melalui kerja sama antardesa.
Menurut dia, pembangunan jembatan Kali Reja semula akan dibangun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) namun karena setelah banjir di Sumpiuh ada bencana yang lebih besar di daerah lain, sehingga pembangunan jembatan tersebut tidak jadi dilaksanakan oleh BNPB.
"Mengingat anggaran di Pemkab Banyumas juga belum tersedia, dan kebutuhan mendesak dari masyarakat, kedua desa berinisiatif membangun jembatan ini," katanya.
Terkait dengan anggaran pembangunan jembatan berukuran 21x3 meter yang dibangun bersama Pemerintah Desa Kemiri, Kades Selandaka Suto Purwoko mengatakan pihaknya mengeluarkan dana sekitar Rp296 juta untuk dua tahun anggaran, yakni 2023 dan 2024.
"Pada tahun 2023, kami menganggarkan Rp200 juta namun karena jembatan belum selesai dibangun, kami menambah anggaran melalui perubahan anggaran sebesar Rp78.556.500. Kemudian masih ada pemeliharaan berupa penambahan siku, sehingga pada tahun 2024 kami menganggarkan Rp18 juta, dan jumlah yang hampir sama dikeluarkan oleh Pemdes Kemiri,” katanya.
Ia mengakui sejak jembatan putus karena ambles akibat banjir, sekolah yang ada di Desa Selandaka kekurangan siswa karena siswa yang berasal dari Desa Kemiri pindah sekolah.
Menurut dia, warga Desa Kemiri memindahkan sekolah anaknya karena kalau tetap bersekolah di Selandaka harus memutar cukup jauh lewat Desa Karanggedang atau melalui jalan nasional.
"Selain itu, akses perekonomian masyarakat juga sedikit terganggu, karena jembatan tersebut merupakan akses masuk menuju Desa Selandaka," kata Suto.
"Ini tentu merupakan kebahagiaan dan kebanggaan bagi masyarakat kedua desa, karena dengan kembali dibangunnya jembatan ini, akan membuka kembali akses lebih luas bagi masyarakat, dalam menggerakkan roda perekonomian dan pendidikan, yang pada akhirnya bisa menumbuhkan kesejahteraan masyarakat," kata Pj Bupati saat meresmikan jembatan Kali Reja di Desa Selandaka dan Desa Kemiri, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jumat.
Ia pun mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Kepala Desa (Kades) Selandaka Suto Purwoko dan Kades Kemiri Suedi untuk membangun kembali jembatan Kali Reja yang ambles akibat diterjang banjir pada bulan November 2020.
Dalam hal ini, kata dia, pembangunan jembatan tersebut menggunakan Dana Desa dari kedua desa, yakni Selandaka dan Kemiri.
Sementara itu, Camat Sumpiuh Achmad Suryanto mengatakan setelah jembatan Kali Reja ambles akibat banjir, pihaknya langsung mengajukan penanganan kepada Pemerintah Kabupaten Banyumas maupun Pemerintah Pusat.
Kendati demikian, dia mengakui jembatan tersebut berada di jalan desa, sehingga pembangunannya menjadi tanggung jawab desa.
Oleh karena membutuhkan anggaran yang cukup besar, kata dia, biaya pembangunan jembatan tersebut ditanggung oleh dua desa melalui kerja sama antardesa.
Menurut dia, pembangunan jembatan Kali Reja semula akan dibangun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) namun karena setelah banjir di Sumpiuh ada bencana yang lebih besar di daerah lain, sehingga pembangunan jembatan tersebut tidak jadi dilaksanakan oleh BNPB.
"Mengingat anggaran di Pemkab Banyumas juga belum tersedia, dan kebutuhan mendesak dari masyarakat, kedua desa berinisiatif membangun jembatan ini," katanya.
Terkait dengan anggaran pembangunan jembatan berukuran 21x3 meter yang dibangun bersama Pemerintah Desa Kemiri, Kades Selandaka Suto Purwoko mengatakan pihaknya mengeluarkan dana sekitar Rp296 juta untuk dua tahun anggaran, yakni 2023 dan 2024.
"Pada tahun 2023, kami menganggarkan Rp200 juta namun karena jembatan belum selesai dibangun, kami menambah anggaran melalui perubahan anggaran sebesar Rp78.556.500. Kemudian masih ada pemeliharaan berupa penambahan siku, sehingga pada tahun 2024 kami menganggarkan Rp18 juta, dan jumlah yang hampir sama dikeluarkan oleh Pemdes Kemiri,” katanya.
Ia mengakui sejak jembatan putus karena ambles akibat banjir, sekolah yang ada di Desa Selandaka kekurangan siswa karena siswa yang berasal dari Desa Kemiri pindah sekolah.
Menurut dia, warga Desa Kemiri memindahkan sekolah anaknya karena kalau tetap bersekolah di Selandaka harus memutar cukup jauh lewat Desa Karanggedang atau melalui jalan nasional.
"Selain itu, akses perekonomian masyarakat juga sedikit terganggu, karena jembatan tersebut merupakan akses masuk menuju Desa Selandaka," kata Suto.