Pemkot Semarang masih tunggu "water bombing" dari Solo
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, masih menunggu kedatangan "water bombing" yang masih berada di Solo untuk menuntaskan proses pendinginan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang pascakebakaran.
"Kami memang sekarang masih menunggu 'water bombing' yang sekarang ini masih ada di Solo. Karena di sana sekarang masih proses pemadaman (TPA Putri Cempo)," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan Ita, sapaan akrab Hevearita, di sela tinjauan ke lokasi kebakaran susulan di kawasan TPA Jatibarang yang kali ini menghanguskan deretan kandang sapi dan menewaskan tiga anak sapi.
Menurut dia, proses pemadaman di TPA Jatibarang masih dalam tahap pendinginan karena dimungkinkan masih ada bara api di tumpukan sampah bagian bawah, mengingat adanya kandungan gas metana.
"Kami sudah koordinasi dengan Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jateng, apakah masih butuh 'water bombing'? Kami tetap membutuhkan," tegasnya.
Apalagi, kata dia, tumpukan sampah yang bekas terbakar memiliki ketinggian hingga puluhan meter dengan kandungan gas metana sehingga memungkinkan masih adanya titik-titik api di lapisan bawah.
"Karena seperti yang dilihat (pemadaman dengan bom air) di TPA Putri Cempo efektif sekali, ya. Tadinya masih membara, begitu dengan 'water bombing' sudah bisa selesai," katanya.
Karena itu, Ita berharap proses pemadaman di TPA Putri Cempo segera tuntas sehingga "water bombing" melalui sarana helikopter itu bisa berganti menangani pemadaman di TPA Jatibarang.
Sebelumnya, kebakaran melanda kawasan TPA Jatibarang, Kota Semarang, pada Senin (18/9) siang dan baru memasuki proses pendinginan pada Selasa (19/9) lalu sekitar pukul 04.00 WIB.
Setidaknya ada luasan dua zona yang terbakar di TPA Jatibarang mencapai lima hektare. Masing-masing zona, satu yang merupakan bekas TPA sampah yang sudah tidak digunakan lagi dan zona bekas pabrik pupuk yang berada di bawahnya.
Sampai saat ini, bekas kebakaran sampah di TPA Jatibarang masih dalam proses pendinginan yang diperkirakan akan memerlukan waktu sepekan hingga benar-benar tuntas.
Melalui penandatananan penetapan status tanggap darurat, Wali Kota Semarang juga sudah mengajukan bantuan pemadaman menggunakan bom air, sebagaimana halnya digunakan di TPA Putri Cempo dan Gunung Bromo.
Sementara itu, persentase kebakaran di TPA Putri Cempo tinggal tersisa 20-30 persen dengan pemadaman "water bombing", yakni guguran bom air yang sudah berlangsung selama beberapa hari.
Saat malam hari, pemadaman manual lewat penyemprotan melalui jalur darat tetap dilakukan sebagai upaya pendukung, dengan metode suntik atau injeksi untuk lebih memaksimalkan pemadaman.
Baca juga: Kebakaran di TPA Jatibarang, tiga anak sapi tewas
"Kami memang sekarang masih menunggu 'water bombing' yang sekarang ini masih ada di Solo. Karena di sana sekarang masih proses pemadaman (TPA Putri Cempo)," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan Ita, sapaan akrab Hevearita, di sela tinjauan ke lokasi kebakaran susulan di kawasan TPA Jatibarang yang kali ini menghanguskan deretan kandang sapi dan menewaskan tiga anak sapi.
Menurut dia, proses pemadaman di TPA Jatibarang masih dalam tahap pendinginan karena dimungkinkan masih ada bara api di tumpukan sampah bagian bawah, mengingat adanya kandungan gas metana.
"Kami sudah koordinasi dengan Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jateng, apakah masih butuh 'water bombing'? Kami tetap membutuhkan," tegasnya.
Apalagi, kata dia, tumpukan sampah yang bekas terbakar memiliki ketinggian hingga puluhan meter dengan kandungan gas metana sehingga memungkinkan masih adanya titik-titik api di lapisan bawah.
"Karena seperti yang dilihat (pemadaman dengan bom air) di TPA Putri Cempo efektif sekali, ya. Tadinya masih membara, begitu dengan 'water bombing' sudah bisa selesai," katanya.
Karena itu, Ita berharap proses pemadaman di TPA Putri Cempo segera tuntas sehingga "water bombing" melalui sarana helikopter itu bisa berganti menangani pemadaman di TPA Jatibarang.
Sebelumnya, kebakaran melanda kawasan TPA Jatibarang, Kota Semarang, pada Senin (18/9) siang dan baru memasuki proses pendinginan pada Selasa (19/9) lalu sekitar pukul 04.00 WIB.
Setidaknya ada luasan dua zona yang terbakar di TPA Jatibarang mencapai lima hektare. Masing-masing zona, satu yang merupakan bekas TPA sampah yang sudah tidak digunakan lagi dan zona bekas pabrik pupuk yang berada di bawahnya.
Sampai saat ini, bekas kebakaran sampah di TPA Jatibarang masih dalam proses pendinginan yang diperkirakan akan memerlukan waktu sepekan hingga benar-benar tuntas.
Melalui penandatananan penetapan status tanggap darurat, Wali Kota Semarang juga sudah mengajukan bantuan pemadaman menggunakan bom air, sebagaimana halnya digunakan di TPA Putri Cempo dan Gunung Bromo.
Sementara itu, persentase kebakaran di TPA Putri Cempo tinggal tersisa 20-30 persen dengan pemadaman "water bombing", yakni guguran bom air yang sudah berlangsung selama beberapa hari.
Saat malam hari, pemadaman manual lewat penyemprotan melalui jalur darat tetap dilakukan sebagai upaya pendukung, dengan metode suntik atau injeksi untuk lebih memaksimalkan pemadaman.
Baca juga: Kebakaran di TPA Jatibarang, tiga anak sapi tewas