Guru gunakan kartu bilangan bantu siswa pahami pengurangan
Semarang (ANTARA) - Wika Purnama Oktaviani, guru di SD Negeri Baros Mandiri 4 Cimahi*, memanfaatkan media pembelajaran berupa kartu bilangan untuk membantu peserta didik memahami operasi hitung, khususnya pengurangan. Strategi tersebut terbukti efektif dalam membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa.
"Pembelajaran numerasi sering dianggap sulit oleh siswa, terutama dalam operasi hitung. Guru pun menghadapi tantangan untuk menyampaikan materi yang sesuai kompetensi, menarik, dan efektif bagi semua siswa. Untuk mengatasi hal ini, saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, di mana siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat pemahaman mereka," kata Wika.
Langkah awalnya adalah melakukan asesmen awal untuk memetakan kemampuan siswa. Setelah itu, siswa dikelompokkan ke dalam tiga tingkat kesulitan: kelompok A untuk siswa yang sudah menguasai pengurangan tingkat sulit, kelompok B dengan tingkat sedang, dan kelompok C untuk siswa yang masih pemula.
Wika menjelaskan kartu bilangan, berupa karton bertuliskan angka, digunakan dalam kegiatan berhitung sambil bermain. Siswa diminta mengerjakan soal pengurangan dengan bantuan kartu tersebut. Pendekatan ini tidak hanya membantu siswa memahami konsep pengurangan tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
"Peserta didik akan merasa nyaman karena mereka mengerjakan sesuai dengan batas kemampuannya. Dengan menggunakan media pembelajaran kartu bilangan peserta didik tidak menyadari bahwa mereka sedang di diberikan soal untuk mampu menguasai operasi hitung bilangan terutama pengurangan awal. Selain itu, media pembelajaran ini juga merangsang kepercayaan diri peserta didik untuk menghitung secara mandiri," katanya.
"Saya sangat senang ketika bisa mengerjakan soal dengan kartu bilangan. Soal dari ibu guru jadi mudah," kata Adam Al Dzan, salah satu siswa kelas 1, mengungkapkan kegembiraannya.
Melalui pembelajaran berdiferensiasi tersebut, siswa merasa lebih nyaman karena bekerja sesuai kemampuan mereka. Selain itu, siswa yang lebih mahir diberikan tantangan tambahan untuk membantu teman-temannya. Pendekatan tersebut membuat proses bimbingan di kelas lebih efektif dan kolaboratif.
"Peserta didik lebih memahami tentang pengurangan 1-10. Jadi saat pembelajaran berlangsung proses bimbingan yang saya lakukan lebih efektif karena peserta didik dalam satu kelompok homogen. Peserta didik yang sudah berhasil mengerjakan juga di berikan tantangan lanjutan untuk membimbing peserta didik yang lain yang masih mengalami kesulitan," tutup Wika.
*Peningkatan Kualitas Pendidikan Kerja Sama Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan Tanoto Foundation
"Pembelajaran numerasi sering dianggap sulit oleh siswa, terutama dalam operasi hitung. Guru pun menghadapi tantangan untuk menyampaikan materi yang sesuai kompetensi, menarik, dan efektif bagi semua siswa. Untuk mengatasi hal ini, saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, di mana siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat pemahaman mereka," kata Wika.
Langkah awalnya adalah melakukan asesmen awal untuk memetakan kemampuan siswa. Setelah itu, siswa dikelompokkan ke dalam tiga tingkat kesulitan: kelompok A untuk siswa yang sudah menguasai pengurangan tingkat sulit, kelompok B dengan tingkat sedang, dan kelompok C untuk siswa yang masih pemula.
Wika menjelaskan kartu bilangan, berupa karton bertuliskan angka, digunakan dalam kegiatan berhitung sambil bermain. Siswa diminta mengerjakan soal pengurangan dengan bantuan kartu tersebut. Pendekatan ini tidak hanya membantu siswa memahami konsep pengurangan tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
"Peserta didik akan merasa nyaman karena mereka mengerjakan sesuai dengan batas kemampuannya. Dengan menggunakan media pembelajaran kartu bilangan peserta didik tidak menyadari bahwa mereka sedang di diberikan soal untuk mampu menguasai operasi hitung bilangan terutama pengurangan awal. Selain itu, media pembelajaran ini juga merangsang kepercayaan diri peserta didik untuk menghitung secara mandiri," katanya.
"Saya sangat senang ketika bisa mengerjakan soal dengan kartu bilangan. Soal dari ibu guru jadi mudah," kata Adam Al Dzan, salah satu siswa kelas 1, mengungkapkan kegembiraannya.
Melalui pembelajaran berdiferensiasi tersebut, siswa merasa lebih nyaman karena bekerja sesuai kemampuan mereka. Selain itu, siswa yang lebih mahir diberikan tantangan tambahan untuk membantu teman-temannya. Pendekatan tersebut membuat proses bimbingan di kelas lebih efektif dan kolaboratif.
"Peserta didik lebih memahami tentang pengurangan 1-10. Jadi saat pembelajaran berlangsung proses bimbingan yang saya lakukan lebih efektif karena peserta didik dalam satu kelompok homogen. Peserta didik yang sudah berhasil mengerjakan juga di berikan tantangan lanjutan untuk membimbing peserta didik yang lain yang masih mengalami kesulitan," tutup Wika.
*Peningkatan Kualitas Pendidikan Kerja Sama Dinas Pendidikan Kota Cimahi dengan Tanoto Foundation