Semarang (ANTARA) - Pengusaha yang tergabung dalam Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia (PPJI) Kota Semarang menyiapkan setidaknya 480 dus makanan setiap harinya untuk anak stunting.
"Kami setiap hari menyediakan paling sedikit 480 dus makanan. Teknisnya, kami melibatkan masing-masing puskesmas," kata Ketua DPC PPJI Kota Semarang Yanti M Sakoer di Semarang, Selasa.
Hal tersebut disampaikannya di sela peluncuran Program Cempaka (Cegah Stunting Bersama Pengusaha) oleh Pemerintah Kota Semarang bersama sejumlah kalangan pengusaha di Kota Atlas.
Yanti menjelaskan bahwa keikutsertaan PPJI dalam Program Cempaka merupakan bagian dari kepedulian para pengusaha katering terhadap penanganan kasus stunting di Kota Semarang.
Adapun total pengusaha yang tergabung dalam asosiasi tersebut sekitar 180 anggota, kata dia, dan seluruhnya berkomitmen terhadap penanganan kasus stunting di Kota Atlas.
"Ini komitmen dan bentuk kepedulian kami para pengusaha terhadap persoalan kesehatan, khususnya stunting. Menu yang kami berikan bukan makanan sisa, tetapi kami buat secara khusus sesuai standar gizi," tegasnya.
Wali Kota Semarang Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan bahwa konsep program itu memang mengajak kalangan pengusaha untuk ikut berperan mengatasi kasus stunting.
Ada beberapa pengusaha yang digandeng dalam program tersebut, kata dia, antara lain jasa boga, perhotelan, hingga rumah sakit yang membantu menyediakan makanan sehat untuk anak stunting.
"Umpamanya di hotel, setiap kali menyediakan makan pagi, siang, malam, pasti kan ada yang lebih, bukan sisa ya. Nah, daripada dibuang lebih baik dimanfaatkan. Demikian juga jasa boga, katering," kata Ita, sapaan akrabnya.
Ita menyebutkan kasus stunting di Kota Semarang saat ini sudah tinggal 1.022 anak, sedangkan ibu hamil yang memerlukan pendampingan ada sekitar 600-an sehingga akan terfasilitasi Program Cempaka.
Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan da Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengapresiasi capaian penurunan angka stunting di Kota Semarang yang semula 20 persen menjadi 10 persen.
"Semua bisa belajar bersama karena di Jateng, khususnya Kota Semarang penurunan stuntingnya sampai pada angka 10 persen dan sudah melebihi dari angka yang ditargetkan pemerintah pusat," pungkasnya.
Baca juga: BKKBN apresiasi TFR Jateng 2,09