Penafsiran
Seperti halnya hidup, pembangunan yang dijalankan untuk membagi kesejahteraan kepada warga negara pun tidak boleh terhenti di tengah jalan.
Di negara demokrasi, politik beserta sistem yang bekerja di dalamnya, terutama partai-partai politik, menjadi keniscayaan sebagai alat untuk mencapai tujuan, terutama dalam mendistribusikan kesejahteraan kepada warga negara.
Melalui berbagai kebijakannya, Presiden Jokowi yang memimpin negeri berpenduduk 276 juta ini, menginginkan Indonesia merangkak naik ke negeri berpendapatan tinggi.
Pembangunan beragam infrastruktur di berbagai wilayah, terutama di luar Jawa, diyakini akan membentuk titik-titik pertumbuhan baru perekonomian negeri. Konsistensi membangun sarana prasarana di luar Jawa selama ini sudah disusul dengan munculnya sentra-sentra pertumbuhan baru tersebut.
Keterhubungan antarwilayah, baik darat, laut, maupun udara, menjadi keniscayaan ketika sebuah negara kepulauan ini menginginkan tidak saja meraih pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga menyentuh aspek pemerataannya.
Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa capaian investasi di luar Jawa sudah menyentuh 53 persen pada tahun 2022. Padahal, sebelumnya investasi di Jawa selalu lebih besar dibanding luar Jawa. Potensi ekonomi di luar Jawa yang bisa dieksplorasi masih terbuka lebar dan menjadi modal untuk melajukan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.
Mengacu klasifikasi negara berdasarkan PDB perkapita Bank Dunia, Indonesia masuk kategori berpendapatan menengah-tinggi. Bank Dunia membagi empat kategori, yakni berpendapatan rendah (1.035 Dolar AS), rendah-menengah (1.036-4.045 Dolar AS), berpendapatan menengah-tinggi (4.046-12.535 Dolar AS), dan berpendapatan tinggi (di atas 12.535 Dolar AS)