Solo (ANTARA) - Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengapresiasi hidangan istimewa kampung atau HIK Solo ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya tak benda (WBTB).
"Luar biasa sekali. Angkringan, wedangan itu sebenarnya kalau di Solo bukan jadi tempat untuk cari makan tetapi sudah menjadi lifestyle, tempat curhat, dan gosip," katanya di Solo, Jumat.
Bahkan, menurut dia, HIK sudah menjadi tempat untuk membicarakan isu politik terkini.
"Jadi bukan makan saja, melainkan jadi tempat untuk semua kegiatan warga. Semua diskusi, dinamika politik dibicarakan di wedangan," katanya.
Bahkan, ke depan ia ingin menata agar HIK makin tertata sehingga memberikan kenyamanan kepada para konsumen termasuk wisatawan yang ingin mencoba makan di HIK.
"Nanti kami sentuh lagi, terutama untuk lokasi higienis supaya pendatang yang ke Solo tidak kecewa. Ini jadi perhatian, termasuk harga yang murah," katanya.
Sementara itu, dia juga sering menjadikan HIK sebagai sarana untuk menyapa warga. Bahkan, ia juga suka makan di HIK
"Saya ke HIK untuk menyapa warga saja. Kalau menu (yang dipilih) standarlah, nasi kucing, teh hangat," katanya.
Sebelumnya, melalui laman resminya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyatakan ada sebanyak 51 budaya asal Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai WBTB oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah Eris Yunianto mengatakan penetapan tersebut dilakukan pada akhir Oktober 2021. Jawa Tengah sendiri mengajukan 52 calon WBTB, namun hanya 51 yang ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda tingkat nasional.
Beberapa yang ditetapkan sebagai WBTB bukan hanya gelaran budaya semacam tari atau seni pertunjukan tetapi juga kuliner seperti timlo, mendoan, nopia, sate kere, dan warung HIK Solo.