Salahuddin Uno inginkan Desa Wisata Cikakak jadi destinasi berkelas dunia
Banyumas (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menginginkan Desa Wisata Cikakak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menjadi destinasi berkelas dunia.
"Keberpihakan kita dengan program andalan desa wisata untuk menghadirkan kesejahteraan masyarakat, terbukanya lapangan kerja, dan transformasi Desa Wisata Cikakak menjadi destinasi berkelas nasional, internasional, mungkin juga destinasi berkelas dunia," kata Menparekraf Sandiaga Uno saat mengunjungi Desa Wisata Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Menurut dia, Desa Wisata Cikakak memiliki fenomena yang sama dengan Sangeh, Bali, dan memiliki beberapa produk ekonomi kreatif yang punya potensi besar.
Baca juga: Desa Karanganyar Borobudur masuk 50 desa wisata terbaik di Indonesia
"Seperti wajik ketek (kudapan yang terbuat dari ketela tekong khas Desa Cikakak) yang tadi kita coba. Tadi juga ada beberapa program ekonomi kreatif, batik, Insya Allah nanti kita kerjasamakan," kata Menparekraf. Hal itu, kata dia, terkait permintaan Bupati Banyumas Achmad Husein untuk membawa investor infrastruktur.
Lebih jauh Menparekraf mengatakan pihaknya akan melakukan riset terkait dengan keberadaan Masjid Saka Tunggal di Desa Wisata Cikakak yang konon dibangun pada tahun 1288.
"Kalau betul (dibangun) 1288, ini berarti lebih tua dari Masjid Demak. Ini berarti juga menjadi destinasi wisata religi," katanya.
Menparekraf juga mengakui para pelaku wisata dalam dua tahun terakhir tidak merasakan kunjungan wisatawan akibat adanya pandemi COVID-19. Kehadirannya disebut sebagai apresiasi kepada Bupati Banyumas atas kepemimpinannya dalam mengendalikan COVID-19.
"Kita harapkan dengan COVID-19 yang semakin terkendali, wisatawan Nusantara, malah mungkin wisatawan mancanegara bisa datang ke Desa Wisata Cikakak," kata Menparekraf.
Terkait batik, dia mengharapkan motif batik "Ngapak Cikakak" bisa jauh lebih dikenal serta menjadi suvenir untuk membuka lapangan usaha dan lapangan kerja bagi ibu-ibu anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) maupun Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Sementara itu,Bupati Banyumas Achmad Husein mengharapkan Desa Wisata Cikakak yang masuk dalam 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia bisa menjadi juara dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
"Desa Cikakak harus nomor satu. Kalau tidak nomor satu, bukanlah Cikakak," katanya.
Kepala Desa Cikakak Akim mengatakan pihaknya sudah cukup lama mempersiapkan Desa Wisata Cikakak untuk mengikuti ADWI 2021.
Menurut dia, beberapa hal yang dipersiapkan terutama berkaitan dengan CHSE (Cleanliness, Health , Safety, and Environment Sustainability)
"Alhamdulillah sejak penjaringan pertama, dari 1.831 desa menjadi 300 desa, terus menjadi 100 desa, kemudian menjadi 50 besar dan Cikakak termasuk di dalamnya," katanya.
Sejak pandemi, katanya, Desa Wisata Cikakak ditutup dari kunjungan wisatawan dan berharap saat ini Desa Wisata Cikakak dapat dibuka kembali untuk wisatawan.
"Masyarakat kan sudah jenuh, ingin berwisata. Kalau ada wisatawan, masyarakat Desa Wisata Cikakak kan bisa berekspresi untuk berjualan," katanya.
Desa Wisata Cikakak, kata dia, juga menawarkan wisata religi berupa Masjid Saka Tunggal. Selain itu banyak kera atau monyet ekor panjang yang sering kali turun ke perkampungan, termasuk halaman sekitar Masjid Saka Tunggal, yang membuat masyarakat secara rutin menggelar Festival Rewanda Bojana di mana mereka memberi makanan untuk kawanan monyet tersebut.
Baca juga: Sandiaga Uno: Wisata berbasis heritage jadi kebangkitan ekonomi Solo
Baca juga: Banyumas miliki banyak potensi desa wisata
"Keberpihakan kita dengan program andalan desa wisata untuk menghadirkan kesejahteraan masyarakat, terbukanya lapangan kerja, dan transformasi Desa Wisata Cikakak menjadi destinasi berkelas nasional, internasional, mungkin juga destinasi berkelas dunia," kata Menparekraf Sandiaga Uno saat mengunjungi Desa Wisata Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Menurut dia, Desa Wisata Cikakak memiliki fenomena yang sama dengan Sangeh, Bali, dan memiliki beberapa produk ekonomi kreatif yang punya potensi besar.
Baca juga: Desa Karanganyar Borobudur masuk 50 desa wisata terbaik di Indonesia
"Seperti wajik ketek (kudapan yang terbuat dari ketela tekong khas Desa Cikakak) yang tadi kita coba. Tadi juga ada beberapa program ekonomi kreatif, batik, Insya Allah nanti kita kerjasamakan," kata Menparekraf. Hal itu, kata dia, terkait permintaan Bupati Banyumas Achmad Husein untuk membawa investor infrastruktur.
Lebih jauh Menparekraf mengatakan pihaknya akan melakukan riset terkait dengan keberadaan Masjid Saka Tunggal di Desa Wisata Cikakak yang konon dibangun pada tahun 1288.
"Kalau betul (dibangun) 1288, ini berarti lebih tua dari Masjid Demak. Ini berarti juga menjadi destinasi wisata religi," katanya.
Menparekraf juga mengakui para pelaku wisata dalam dua tahun terakhir tidak merasakan kunjungan wisatawan akibat adanya pandemi COVID-19. Kehadirannya disebut sebagai apresiasi kepada Bupati Banyumas atas kepemimpinannya dalam mengendalikan COVID-19.
"Kita harapkan dengan COVID-19 yang semakin terkendali, wisatawan Nusantara, malah mungkin wisatawan mancanegara bisa datang ke Desa Wisata Cikakak," kata Menparekraf.
Terkait batik, dia mengharapkan motif batik "Ngapak Cikakak" bisa jauh lebih dikenal serta menjadi suvenir untuk membuka lapangan usaha dan lapangan kerja bagi ibu-ibu anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) maupun Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Sementara itu,Bupati Banyumas Achmad Husein mengharapkan Desa Wisata Cikakak yang masuk dalam 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia bisa menjadi juara dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
"Desa Cikakak harus nomor satu. Kalau tidak nomor satu, bukanlah Cikakak," katanya.
Kepala Desa Cikakak Akim mengatakan pihaknya sudah cukup lama mempersiapkan Desa Wisata Cikakak untuk mengikuti ADWI 2021.
Menurut dia, beberapa hal yang dipersiapkan terutama berkaitan dengan CHSE (Cleanliness, Health , Safety, and Environment Sustainability)
"Alhamdulillah sejak penjaringan pertama, dari 1.831 desa menjadi 300 desa, terus menjadi 100 desa, kemudian menjadi 50 besar dan Cikakak termasuk di dalamnya," katanya.
Sejak pandemi, katanya, Desa Wisata Cikakak ditutup dari kunjungan wisatawan dan berharap saat ini Desa Wisata Cikakak dapat dibuka kembali untuk wisatawan.
"Masyarakat kan sudah jenuh, ingin berwisata. Kalau ada wisatawan, masyarakat Desa Wisata Cikakak kan bisa berekspresi untuk berjualan," katanya.
Desa Wisata Cikakak, kata dia, juga menawarkan wisata religi berupa Masjid Saka Tunggal. Selain itu banyak kera atau monyet ekor panjang yang sering kali turun ke perkampungan, termasuk halaman sekitar Masjid Saka Tunggal, yang membuat masyarakat secara rutin menggelar Festival Rewanda Bojana di mana mereka memberi makanan untuk kawanan monyet tersebut.
Baca juga: Sandiaga Uno: Wisata berbasis heritage jadi kebangkitan ekonomi Solo
Baca juga: Banyumas miliki banyak potensi desa wisata