BPS catat ada 10 sektor penyumbang kontraksi ekonomi di Kudus
Kudus (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mencatat ada 10 sektor dari 17 sektor lapangan usaha di daerah ini selama 2020 yang mengalami pertumbuhan negatif.
"Dari 17 sektor tersebut, tercatat ada tujuh sektor lapangan usaha yang tumbuh positif," kata Kepala BPS Kabupaten Kudus Rahmadi Agus Santosa di Kudus, Rabu.
Ia menyebutkan sektor yang mengalami pertumbuhan positif selama 2020, di antaranya informasi dan komunikasi, pertanian kehutanan dan perikanan, pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, jasa keuangan dan asuransi, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh sektor informasi dan komunikasi yang mencapai pertumbuhan 17,57 persen.
Sementara itu, sektor usaha yang mengalami kontraksi paling rendah adalah sektor transportasi dan pergudangan sebesar -23,49 persen.
Pada tahun 2020, kata Rahmadi Agus Santosa, merupakan masa pandemi COVID-19 yang mengakibatkan adanya kebijakan terhadap sektor transportasi sehingga sektor usaha tersebut terpuruk.
Kondisi serupa juga dialami sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3,03 persen, termasuk konstruksi dan perdagangan besar dan eceran juga mengalami pertumbuhan negatif.
Menurut dia, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di daerah ini pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -3,53 persen, sedangkan pada tahun 2019 tumbuh sebesar 3,10 persen.
"Dari 17 sektor tersebut, tercatat ada tujuh sektor lapangan usaha yang tumbuh positif," kata Kepala BPS Kabupaten Kudus Rahmadi Agus Santosa di Kudus, Rabu.
Ia menyebutkan sektor yang mengalami pertumbuhan positif selama 2020, di antaranya informasi dan komunikasi, pertanian kehutanan dan perikanan, pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, jasa keuangan dan asuransi, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh sektor informasi dan komunikasi yang mencapai pertumbuhan 17,57 persen.
Sementara itu, sektor usaha yang mengalami kontraksi paling rendah adalah sektor transportasi dan pergudangan sebesar -23,49 persen.
Pada tahun 2020, kata Rahmadi Agus Santosa, merupakan masa pandemi COVID-19 yang mengakibatkan adanya kebijakan terhadap sektor transportasi sehingga sektor usaha tersebut terpuruk.
Kondisi serupa juga dialami sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3,03 persen, termasuk konstruksi dan perdagangan besar dan eceran juga mengalami pertumbuhan negatif.
Menurut dia, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di daerah ini pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -3,53 persen, sedangkan pada tahun 2019 tumbuh sebesar 3,10 persen.