Temanggung (ANTARA) - Warga Desa Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, membudidayakan maggot black soldier fly (BSF) sebagai pakan ternak alternatif yang mengandung protein tinggi.
Pembudidaya maggot BSF warga Kedu Ade Krisnawan Sanjaya di Temanggung, Rabu, mengatakan dengan budi daya maggot BSF selain untuk menambah penghasilan keluarga, juga dapat membantu memecahkan masalah sampah organik.
"Sekitar 325 kilogram maggot BSF mampu mengurai sekitar 1 ton sampah organik hanya dalam kurun waktu 2-3 minggu," katanya.
Baca juga: Budidayakan kakap putih, petambak ikan di Demak gunakan pakan alami
Pada masa pandemi COVID-19, permintaan maggot BSF meningkat baik telur maupun maggot fress atau larva berusia sekitar 2 minggu.
Permintaan maggot biasanya dari pembudidaya ikan maupun peternak unggas, karena kandungan protein tinggi maka jika ikan maupun unggas diberikan maggot maka akan cepat gemuk.
Ia menyebutkan harga telur maggot BSF Rp5.000 per gram dan maggot fress Rp8.000 per kilogram.
Ade mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar. Selama ini konsumen datang ke rumah untuk membeli maggot.
Ia menyebutkan dirinya baru dapat memenuhi permintaan pasar sekitar 60 kilogram maggot BSF per tiga atau empat hari, kemudian telur lalat BSF sekitar 30 gram per tiga hari.
Menurut dia, tidak ada kendala dalam budi daya maggot BSF karena mudah dalam pemeliharaanya, yang penting jauh dari predator alaminya, seperti semut, cicak dan tikus. Tantangannya adalah dalam penyediaan pakan maggot harus bebas dari obat-obatan kimiawi.
"Selama ini pakan kami dapatkan dari warung makan atau pasar, yakni limbah organik seperti daun-daun dan buah-buahan busuk. Lebih banyak yang dibudidayakan, maka lebih banyak pula pakannya sehingga perlu jaringan untuk mendapatkan pakan," katanya.
Baca juga: Bupati Magelang hentikan operasional pabrik pakan ternak PT Sidoagung Farm
Baca juga: Bentuk pendampingan, Disperpa dorong pembudidaya ikan manfaatkan pakan berbahan lokal