Magelang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut penyelenggaraan lomba lari Borobudur Marathon (BorMar) 2020 sebagai sejarah baru event lari di Tanah Air di tengah pandemi COVID-19.
Ia mengajak kepada 26 pelari nasional yang akan bersaing di kategori Elite Race untuk menjaga stamina dan menunjukkan kemampuan terbaiknya pada event ini, demikian siaran pers dari Panitia Bormar 2020 yang diterima di Semarang, Sabtu..
Ajang BorMar akan berlangsung di Taman Lumbini, kompleks Candi Borobudur, Magelang, Minggu (15/11) pagi dengan protokol kesehatan superketat.
"Saya memang ingin BorMar jangan sampai hilang. Kita harus jaga marwah dan eksistensinya sebagai lomba lari bergengsi. Saya mengapresiasi kerja panitia yang harus 'kedabikan' untuk menggelar agenda di tengah pandemi. Sejarah bakal mencatatnya," kata Ganjar melalui teleconference saat konferensi pers di Hotel Plataran, Magelang, Sabtu (15/11).
Selain gubernur, hadir sebagai narasumber Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Sinoeng Nugroho Rachmadi, Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An dan Wakil Ketua Umum Kompas Budiman Tanuredjo mewakili penyelenggara.
Start dan finis BorMar dipusatkan di area lingkungan Taman Lumbini dan pelari menempuh rute maraton sejauh 42,195 km dengan point to point sebanyak 12 kali putaran.
Sebelum tampil, selama dua hari menjalani karantina dan tes usap (swab) di Hotel Puri Asri.
Tidak hanya atlet, semua yang terlibat di ajang ini, tidak terkecuali wartawan pun harus di tes usap.
Sinoeng sendiri mengatakan bahwa keberadaan BorMar yang mengusung konsep hybrid yaitu terdiri atas Elite Race dan Virtual Challenge membawa implikasi yang luas. Ada tiga dampak yang bisa dimunculkan yaitu kreativitas, kolaborasi dan kedisplinan.
Di bagian lain, Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An menyatakan optimismenya BorMar masih menggairahkan pelaku usaha dan wisata, khususnya di Magelang.
Dia bahkan percaya, ini akan menjadi titik balik untuk bangkit dalam menyelenggarakan event-event lari di Indonesia.
Pecah Rekor
Pada kesempatan itu, Chie An menyampaikan harapan agar rekor baru marathon pecah di BorMar. Jika itu terjadi akan makin membuat event ini bersejarah.
"Saya sedih juga karena pelari asal Magelang Agus Prayogo tidak ikut. Saya yakin dengan lintasan yang datar, berstandar, dan direkomendasi PB PASI ini momentum Agus bisa mencetak rekor baru," tambah pengusaha ayam itu.
Seperti diketahui catatan rekor nasional maraton masih dipegang pelari legendaris almarhum Eduardus Nabunome dengan waktu 2 jam 19 menit 18 detik.
Budiman Tanuredjo mengungkapkan bahwa pelari yang turun adalah mereka yang sudah diseleksi dan direkomendasi oleh PB PASI sebagai otoritas tertinggi atletik di Indonesia. Mayoritas peserta adalah atlet yang lolos PON XX Papua. Senada dengan Chie An, dia pun menginginkan rekor baru lahir BorMar.
"Kami berharap BorMar akan menginspirasi event olahraga lain. Ada 9.090 pelari yang meramaikan Virtual Challenge dan ini bukti BorMar masih diminati," katanya.
Pelat Asma Bara, salah seorang atlet yang sangat menanti Borobudur Marathon. Terakhir kali mengikuti lomba di Borobudur Marathon 2019. Bara mengaku telah mengalami vakum selama satu tahun karena pandemi sehingga banyak perlombaan lari dibatalkan.
“Tentunya saya sangat mengapresiasi penyelenggara yang bisa mempersiapkan
perlombaan ini, "katanya.
Terkait penyelenggaraan BorMar Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya mengatakan pihaknya berkomitemen mendukung lomba ini.
Menurutnya, ada dua elemen yang mengemuka yaitu membangun kepercayaan dalam menggerakkan ekonomi dan kemampuan untuk bangkit di tengah pandemi.
Wakapolres Magelang Kompol Aron Sebastian SIK MSi mengatakan pihaknya menerjunkan 129 anggotanya untuk pengamanan BorMar. Mereka bertugas di dua titik yaitu di sekitar venue dan di luar lingkungan luar Taman Lumbini.
Acara konferensi pers diakhiri pemotongan tumpeng oleh Kadis Porapar Jateng Sinoeng Nugroho Rachmadi, diberikan kepada Liem Chie An dan Budiman Tanuredjo. (LHP)