Kegiatan tersebut diawali dengan menyiapkan sarana upacara di Pura Wira Buana kompleks Akmil Magelang. Kemudian sekitar 100 orang umat Hindu itu mengendarai sejumlah mobil menuju Tukmas.
Setelah turun dari mobil, umat Hindu yang mengenakan pakaian adat Bali tersebut berjalan menyusuri jalan kecil di antara persawahan menuju lokasi Tukmas dengan diiringi musik gamelan Bali.
Setelah sampai di tanah lapang di kompleks Tukmas, mereka mempersiapkan sesaji dilanjutkan doa yang dipimpin Mangku Wayan Kadek. Sebelum dilakukan doa, beberapa orang mengambil air di sumber air Tukmas dengan jerigen.
Pada kesempatan tersebut juga dilepas dua hewan, yakni ayam dan bebek di kompleks Tukmas.
Ketua Paruman Wulaka Magelang Suardiyasa mengatakan, Melasti itu sebetulnya menyucikan diri ke tempat sumber kehidupan. Bagi umat Hindu sumber kehidupan itu adalah air.
Ia mengatakan, umat Hindu di Magelang menyelenggarakan Melasti di Tukmas yang memiliki sejarah sebagai peninggalan Hindu tertua di Jawa Tengah.
Ia menuturkan, pada Prasasti Tukmas ada simbol atau atribut Dewa Trimurti termasuk Padmasana yang merupakan simbol keharmonisan dunia.
Suardiyasa menjelaskan, pelepasan ayam dan bebek menggambarkan bahwa ayam itu simbol keserakahan, sering ayam kampung itu dengan temannya berkelahi.
Simbol keserakahan, dimana umat Hindu menjelang Hari Raya Nyepi melakukan introspeksi diri, membuang sifat-sifat serakah dan diharapkan mencari sifat-sifat suci.