Menhut: Penanaman Kembali Bambu Belum Sistematis
"Bambu telah lama dikenal luas sebagai tumbuhan serba guna dan dikelompokkan dalam hasil hutan bukan kayu, yang biasanya dibudidayakan masyarakat pedesaan," katanya di Magelang, Selasa.
Ia mengatakan hal tersebut dalam sambutan tertulis yang disampaikan Kepala Badan Litbang Kemhut Iman Santoso pada puncak perayaan Hari Bambu Sedunia di Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Ia mengatakan, bambu memberikan manfaat yang sangat banyak mulai dari rebungnya untuk makanan, batangnya sebagai bahan bangunan, alat rumah tangga, kerajinan tangan, bahan pembuat kertas dan kain. Penggunaan bambu tersebut mengarah pada jenis bambu tertentu sesuai permintaan pasar.
Hasil penelitian menyebutkan, saat ini di Indonesia tumbuh 159 jenis bambu dan sebanyak 88 jenis di antaranya adalah endemik Indonesia.
"Namun, potensi jenis-jenis tersebut sampai saat ini belum diteliti secara lengkap sehingga belum termanfaatkan secara optimal," katanya.
Ia menuturkan, tidak semua jenis bambu dapat digunakan atau menghasilkan produk tertentu sehingga jenis bambu yang banyak tersebut belum memberikan nilai ekonomi yang optimal.
Di lain pihak, katanya, beberapa jenis bambu mulai terancam keberadaannya karena kurang upaya pengembangan dan budidaya.
Ia mengatakan, kemajuan tanaman bambu di China, di balik kerajinan tangan tradisional dan produk keseharian sektor perbambuan di negara tersebut telah menjadi industri pedesaan yang telah tumbuh pesat.
"Bambu di China dapat memainkan peranan penting di dalam mengurangi konsumsi kayu, melindungi hutan alam, mengentaskan kemiskinan, membuka peluang kesempatan kerja, memperbaiki lingkungan dan pembangunan sosial ekonomi pedesaan," katanya.
Ia menyebutkan, banyak produk bambu yang berhasil dikembangkan, antara lain mulai dari makanan, panel-panel bambu, tirai bambu, karpet, dan hasil industri kerajinan yang telah muncul di berbagai pasar internasional. Selain itu, juga berkembang produk2-produk baru, seperti arang bambu, ekstrak daun bambu, pestisida alami serta alat-alat kecantikan.
"Kesuksesan pengembangan bambu di China tentu telah melalui perjuangan yang panjang, mulai dari sektor hulu hingga hilir dan saya yakin upaya tersebut bisa dilakukan di negeri ini dan saya yakin pula terdapat harapan masyarakat luas agar bambu di Indonesia dapat berkembang, pemanfaatan dan budidayanya seperti di China," katanya.
Ia mengatakan, harapan tersebut tidak mungkin dapat dipenuhi oleh sektor pemerintah saja, banyak pihak yang harus bersinergi dalam pengembangan bambu, baik di pusat maupun di daerah mulai dari petani bambu peneliti penyuluh, instansi kehutanan, perindustrian, termasuk industri kreatif, koperasi dan perbankan, perdagangan dan sektor promosi.
"Diperlukan terobosan yang luar biasa dalam kebijakan dan komitmen dari para pihak tersebut untuk bersama-sama mengembangkan potensi bambu di negeri ini," katanya.