Boyolali (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terus memperketat pengawasan terhadap lalu lintas ternak sapi di sejumlah pasar hewan di wilayahnya, terkait munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali Lucia Dyah Suciati di Boyolali, Minggu, mengatakan PMK pada sapi mulai muncul di Boyolali sejak Januari sampai dengan April 2024 ini, di tiga kecamatan yakni Ampel, Cepogo, dan Tamansari.
Sebab, kata Lusi Dyah Suciati, peternak membeli sapi yang baru dan belum divaksin dan setelah dicek memang kondisi positif PMK. Peternak dengan sapi pembelian baru dan memang belum divaksin sehingga rentan PMK.
Menurut dia, sapi yang dinyatakan positif tersebut di Kecamatan Apel, Cepogo, dan Tamansari. Hal ini, setelah diketahui langsung ditangani oleh Disnakkan sehingga pihaknya langsung memperketat lagi pasar hewan di Boyolali, guna mencegah adanya sapi yang PMK.
"Ternak sapi yang baru dibeli dan belum divaksin langsung kami vaksin. Jadi ada penemuan langsung ditangani agar tidak merembet ke hewan ternak sapi lainnya," katanya.
Dia menjelaskan ada laporan gejala PMK di daerah kemudian dikunjungi Disnakkan bersama Balai Veteriner, kemudian mengambil sampelnya ternyata positif PMK pada sapi baru dibeli dan belum divaksin.
Jadi karena posisi seperti manusia jika belum divaksin kondisi rentan terkena PMK. Pihaknya kemudian membuat edaran kepada para pelaku usaha atau pedagang ternak intinya kalau membeli sapi yang sudah divaksin. Jika belum divaksin sapi yang kondisi sehat dan dilaporkan ke Disnakkan untuk segera divaksin.
Disnakkan bersama Disdagperin Boyolali kemudian menjaga ketat kondisi pasar hewan dan disemprot lagi anti PMK. Artinya, jika ada sapi yang bergejala diminta agar tidak dijualbelikan dahulu, dikarantina diobati agar segera cepat sembuh.
"Kami mendata tahun ini, mulai Januari hingga April ini, tercatat ada 41 ekor sapi yang dinyatakan positif PMK di Boyolali yakni di Cepogo, Tamansari dan Ampel," katanya.
Pihaknya ada laporan langsung turun bersama Balai Veteriner menginvestigasi sapi apakah positif PMK atau bukan. Ternyata sapi memang belum pernah divaksin. Sapi yang positif dikarantina diisolasi diobati dahulu, tetapi kini sudah berangsur-ansur sembuh ternak sapi itu.
"Intinya, kami akan bertemu dengan paguyuban untuk mengingatkan bersama para pedagang sapi untuk tidak membeli sapi yang sakit atau belum divaksin. Jika belum divaksin tidak apa-apa yang penting sehat dan dilaporkan ke kami langsung divaksin," katanya.
Sapi yang sudah divaksin akan lebih kebal dari PMK. karena dari 41 ekor ternak yang dinyatakan PMK belum divaksin semua.
Kendati demikian pihaknya mengimbau para pedagang ternak untuk tidak membeli dahulu ternak sapi dari daerah wabah PMK dan membeli sapi yang sehat. Sesama pedagang saling mengawasi karena pedagang sering mencari harga murah tetapi tidak tau kalau ternak yang dijual sakit.