Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang siap menuntaskan pekerjaan rumah (PR) yang masih tersisa, terutama banjir dan rob, seiring dengan momentum Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-477 Kota Semarang.
"Masih ada beberapa PT belum terselesaikan, salah satunya banjir dan rob. Ini sedang berproses (penyelesaian, red.)," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Ita, sapaan akrab Hevearita saat upacara peringatan HUT Ke-477 Kota Semarang yang berlangsung di Balai Kota Semarang dihadiri pemangku kepentingan terkait.
Menurut dia, penanganan banjir dan rob memang masuk dalam Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) yang harus diselesaikan pada 2025, dan memang jadi permasalahan paling menonjol.
"Tapi kami tidak berdiam diri. Kemarin waktu Pak Menteri PUPR datang akan segera dilakukan penyelesaian banjir. Di wilayah barat ada (Sungai, red.) Plumbon, kemudian di timur Sungai Sringin, Tenggang, dan Babon," katanya.
Untuk normalisasi Sungai Sringin dan Tenggang, kata dia, sudah masuk dalam program kerja sama Kementerian PUPR yang dibiayai Bank Dunia dengan nilai sekitar RP300 miliar.
"Satu lagi yang tidak kalah penting adalah Sungai babon. Karena hulunya di kabupaten lain yang mana kita (Semarang, red.) dapat airnya. Kami harapkan kolaborasi dan sinergi pusat, provinsi, dan kota bisa menyelesaikan banjir di Kota Semarang," katanya.
Meski demikian, Ita mengatakan bahwa Kota Semarang juga mendapatkan banyak apresiasi atas berbagai prestasi, seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 84,43 persen atau lebih tinggi dari provinsi dan nasional.
"Inilah yang membuat laju pertumbuhan ekonomi (LPS) Kota Semarang meningkat menjadi 5,79 persen. Lebih tinggi dari target provinsi dan nasional," katanya.
Pertumbuhan ekonomi, kata dia, sejalan dengan peningkatan investasi di Kota Semarang dengan nilai Rp27,2 triliun, atau naik 105,92 persen dan berhasil melebihi target sebesar Rp25,6 triliun.
Ita menambahkan angka kemiskinan berhasil ditekan menjadi 4,23 persen atau terendah di Jateng, prevalensi stunting turun dari 1,66 persen jadi 1,06 persen, dan peningkatan angka harapan hidup (APH) dari 77,90 di 2023 menjadi 77,69 tahun.
"Peningkatan ini menunjukkan semakin baiknya kondisi kesehatan dan lingkungan di Kota Semarang. Capaian statistik di atas melengkapi sejumlah capaian legitimasi dan penghargaan sepanjang 2023 dari berbagai pihak atas kinerja bersama antara pemerintah dan semua stakeholder," katanya.
Belum lagi, kata dia, berbagai penghargaan, seperti Kota Layak Anak (KLA) kategori utama 2023, Penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2023 Kategori Pemerintah Kota, dan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) kategori tertinggi "Mentor atau Pratama".
Baca juga: Pemkot Semarang siapkan 477 porsi nasi goreng di Simpang Lima