Empat komoditas yang perlu diintervensi jelang Ramadhan
Semarang (ANTARA) - Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengingatkan jajaran kepala daerah di wilayah Jateng untuk mengintervensi setidaknya empat komoditas kebutuhan pokok menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah.
"Penting untuk memastikan ketersediaan bahan pokok strategis dengan harga terjangkau," katanya saat High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng Semester I/2024, di Semarang, Rabu.
Empat komoditas yang dimaksud adalah beras medium, beras premium, cabai merah, dan gula pasir seiring dengan kenaikan harga di pasaran, misalnya beras medium di Jateng sebesar Rp15.000 atau di atas harga acuan pembeli (HAP) berdasarkan data hingga 1 Maret 2024.
Ia menyebutkan beras medium harganya sudah 37,6 persen di atas HAP, beras premium harganya 20,9 persen di atas HAP, cabai merah besar harganya juga 62,6 persen di atas HAP, dan gula pasir 26,2 persen di atas HAP.
Enam komoditas lain juga berstatus waspada, kata dia, yaitu telur ayam ras 16 persen di atas HAP, cabai merah keriting 41 persen, bawang putih 23 persen, cabai rawit merah 35,6 persen, minyak 5,7 persen di atas HAP, dan kedelai impor 22,8 persen di atas HAP.
Menurut dia, kenaikan harga beras dalam dua pekan terakhir menyumbang inflasi bulanan Jateng pada Februari 2024 yang mencapai 0,57 persen (month to month), sedangkan inflasi tahunan mencapai 2,98 persen.
Sejumlah langkah antisipasi, kata dia, sudah mulai dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah, di antaranya dengan menggelontorkan bantuan beras Bulog kepada masyarakat dan beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) di pasaran.
Khusus di Jateng, kata Nana, Pemprov Jateng juga mengeluarkan cadangan pangan untuk membantu masyarakat yang belum menerima bantuan pangan dari Bulog.
"Kami juga mengadakan gerakan pangan murah (GPM) yang dilakukan dari Januari sampai Idul Fitri sebanyak 100 kali. Saat ini sudah berjalan 75 kali," katanya.
Pada kesempatan itu, Nana meminta seluruh pemda di Jateng untuk disiplin melaporkan dan menginput data harga harian SP2KP, berkomunikasi intensif antaranggota TPID, termasuk Satgas Pangan dan Kejaksaan guna kelancaran pelaksanaan operasi pasar dan inspeksi mendadak (sidak) gudang distributor.
"Kami juga koordinasi dengan Polda untuk mengecek harga pasar, pemantauan untuk menghindari penimbunan pangan tersebut. Itu langkah yang kami lakukan dalam waktu dekat," katanya.
Isu lainnya menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, tambah Nana, adalah pergerakan orang yang menuju dan melintas Jateng selama lebaran 2024 yang diperkirakan meningkat 25 persen dibanding periode Lebaran 2023.
"Kemudian, kenaikan tarif angkutan umum semua moda transportasi yang berisiko mendorong inflasi dan periode transisi sebelum memasuki kemarau pada Juni," pungkasnya.
"Penting untuk memastikan ketersediaan bahan pokok strategis dengan harga terjangkau," katanya saat High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng Semester I/2024, di Semarang, Rabu.
Empat komoditas yang dimaksud adalah beras medium, beras premium, cabai merah, dan gula pasir seiring dengan kenaikan harga di pasaran, misalnya beras medium di Jateng sebesar Rp15.000 atau di atas harga acuan pembeli (HAP) berdasarkan data hingga 1 Maret 2024.
Ia menyebutkan beras medium harganya sudah 37,6 persen di atas HAP, beras premium harganya 20,9 persen di atas HAP, cabai merah besar harganya juga 62,6 persen di atas HAP, dan gula pasir 26,2 persen di atas HAP.
Enam komoditas lain juga berstatus waspada, kata dia, yaitu telur ayam ras 16 persen di atas HAP, cabai merah keriting 41 persen, bawang putih 23 persen, cabai rawit merah 35,6 persen, minyak 5,7 persen di atas HAP, dan kedelai impor 22,8 persen di atas HAP.
Menurut dia, kenaikan harga beras dalam dua pekan terakhir menyumbang inflasi bulanan Jateng pada Februari 2024 yang mencapai 0,57 persen (month to month), sedangkan inflasi tahunan mencapai 2,98 persen.
Sejumlah langkah antisipasi, kata dia, sudah mulai dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah, di antaranya dengan menggelontorkan bantuan beras Bulog kepada masyarakat dan beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) di pasaran.
Khusus di Jateng, kata Nana, Pemprov Jateng juga mengeluarkan cadangan pangan untuk membantu masyarakat yang belum menerima bantuan pangan dari Bulog.
"Kami juga mengadakan gerakan pangan murah (GPM) yang dilakukan dari Januari sampai Idul Fitri sebanyak 100 kali. Saat ini sudah berjalan 75 kali," katanya.
Pada kesempatan itu, Nana meminta seluruh pemda di Jateng untuk disiplin melaporkan dan menginput data harga harian SP2KP, berkomunikasi intensif antaranggota TPID, termasuk Satgas Pangan dan Kejaksaan guna kelancaran pelaksanaan operasi pasar dan inspeksi mendadak (sidak) gudang distributor.
"Kami juga koordinasi dengan Polda untuk mengecek harga pasar, pemantauan untuk menghindari penimbunan pangan tersebut. Itu langkah yang kami lakukan dalam waktu dekat," katanya.
Isu lainnya menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, tambah Nana, adalah pergerakan orang yang menuju dan melintas Jateng selama lebaran 2024 yang diperkirakan meningkat 25 persen dibanding periode Lebaran 2023.
"Kemudian, kenaikan tarif angkutan umum semua moda transportasi yang berisiko mendorong inflasi dan periode transisi sebelum memasuki kemarau pada Juni," pungkasnya.