Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya menjaga stabilitas rantai pasok dan harga komoditas pangan lewat kios yang diinisiasi oleh BUMD Jateng, yakni PT Jateng Argo Berdikari (JTAB).
"Saya sudah perintahkan kepada PT JTAB, agar seluruh pasar di 35 kabupaten/kota punya Kios JTAB. Gunanya untuk memangkas birokrasi terkait bahan pokok penting," kata Gubernur Jateng Ahmad Luthfi di Surakarta, Jawa Tengah, Rabu.
Hal tersebut disampaikan saat meninjau Kios JTAB dan berdialog dengan pedagang di Pasar Legi Kota Surakarta.
Menurut dia, Kios JTAB berfungsi untuk menstabilkan harga, seperti cabai, bawang merah, bawang putih dan bahan pokok lainnya.
Sebab, kata dia, Kios JTAB juga memberikan jaminan penyerapan hasil panen petani, menjaga harga pasar, dan mengendalikan inflasi.
"JTAB melakukan penetrasi harga agar tidak dimainkan oleh tengkulak, spekulan dan lain sebagainya," kata mantan Kapolda Jateng itu.
Ia mencontohkan harga cabai merah yang sebelumnya mendekati Rp40.000-an per kg, kini sudah menyentuh sekitar Rp26.000-an per kg.
"Di petani harganya Rp20.000-Rp25.000-an, jadi masih wajar. Ini perlahan akan turun dengan intervensi ini," katanya.
Keberadaan Kios JTAB di pasar tradisional dilaksanakan melalui kolaborasi PT JTAB, pemerintah kabupaten/kota, dan pedagang.
Pemerintah kabupaten/kota bertugas untuk menyiapkan kios, sedangkan pasokan bahan pokoknya dari JTAB.
Sementara itu, Direktur Utama PT JTAB Totok Agus Siswanto mengatakan tujuan utama dari Kios JTAB adalah memotong rantai distribusi dari petani ke konsumen sehingga diharapkan ada pemerataan harga bahan pokok penting di Jateng.
"Sudah ada di Kendal, Ungaran, Salatiga, Boyolali dan Surakarta. Nanti seluruhnya ada, satu pasar satu kios. Produknya cabai, bawang merah, bawang putih. Bahan pokok lain bisa gula, minyak goreng dan lainnya, sesuai harga di pasar," katanya.
Di Pasar Legi setidaknya ada dua Kios JTAB, yaitu Kios Bu Kati dan Kios Bu Tri yang menjual bahan pokok, seperti beras, telur, minyak dan lainnya, serta sudah bekerja sama dengan JTAB selama kurang lebih enam bulan.
"Mudah untuk mendapatkan bahan. Dari segi harga lebih miring kalau dari JTAB, harga jual juga bisa lebih murah," katanya.
Baca juga: Pemprov Jateng 1.565 kali gelar Gerakan Pangan Murah

