Ratusan ilmuwan komunikasi berkumpul di Semarang bahas kecerdasan buatan
Semarang (ANTARA) - Sebanyak 154 ilmuwan komunikasi dari Indonesia, Filipina, dan Australia berkumpul di Semarang, Jawa Tengah untuk mengikuti konferensi internasional tentang kecerdasan buatan.
Konferensi komunikasi internasional itu digelar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) mengangkat tema "Artificial Intelligence and The Future Communication" selama 7-8 November 2023.
Ketua ISKI Dadang Rahmat Hidayat di Semarang, Selasa, mengatakan konferensi internasional menjadi wadah solusi nyata konstruksi sebagai ruang diskusi peneliti, akademisi, dan praktisi tentang perkembangan ilmu komunikasi.
"Utamanya, saat ini dengan tantangan teknologi komunikasi, khususnya 'artificial intelligence' (kecerdasan buatan). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang tidak bisa dicegah," katanya.
Pada konferensi internasional tahun ini, ISKI mengangkat tema tentang AI atau kecerdasan buatan mengingat perkembangan saat ini yang sedemikian masif, termasuk dalam bidang komunikasi.
Menurut dia, teknologi memiliki wajah ganda yang tidak hanya bisa membantu manusia untuk menyelesaikan berbagai persoalan, namun juga akan dihadapkan pada berbagai persoalan baru.
Ia mencontohkan media sosial yang menciptakan demokrasi digital, sekaligus menjadi sarana menyebarkan misinformasi, malinformasi, disinformasi, dan berita bohong.
"Maka diperlukan regulasi yang bertujuan memperbesar sisi positif teknologi digital, sembari mengerem sisi negatifnya. Kita tidak bisa menolak atau menghindari AI, tapi AI juga bukan segalanya bagi kita," katanya.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo Usman Kansong menyambut baik konferensi internasional yang mengumpulkan berbagai pemikiran untuk pengembangan bidang komunikasi.
"Kami dari pemerintah menyambut positif. Mudah-mudahan hasil konferensi ini bisa diserahkan kepada pemerintah untuk menuntun dalam membuat kebijakan dalam bidang AI atau kecerdasan buatan," katanya.
Indonesia, kata dia, memiliki strategi nasional dalam pengembangan kecerdasan buatan, tetapi masih terbuka untuk menerima masukan dari berbagai kalangan, khususnya akademisi atau ilmuwan komunikasi.
Ketua ISKI Jateng Lintang Ratri Rahmiaji mengatakan setidaknya 170 makalah dipresentasikan pada konferensi internasional itu, baik secara daring maupun luring.
"Makalah yang dipresentasikan ada 170 paper (makalah), baik yang 'offline' maupun 'online'. Semuanya terbagi dalam 11 tema. Kami membagi dalam delapan kelas untuk dua sesi," kata pengajar komunikasi Universitas Diponegoro Semarang itu.
Sebelas tema itu, yakni "Communication Technology and Digital Media", "Branding and Digital Media", "Journalism dan Digital Media", "Corporate & Digital PR", "Communication and Gender", "Intercultural Communication", "Health Communication", "Political Communication", "Media and Communication Policy", "Tourism Communication", dan "Environment Communication".
Konferensi komunikasi internasional itu digelar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) mengangkat tema "Artificial Intelligence and The Future Communication" selama 7-8 November 2023.
Ketua ISKI Dadang Rahmat Hidayat di Semarang, Selasa, mengatakan konferensi internasional menjadi wadah solusi nyata konstruksi sebagai ruang diskusi peneliti, akademisi, dan praktisi tentang perkembangan ilmu komunikasi.
"Utamanya, saat ini dengan tantangan teknologi komunikasi, khususnya 'artificial intelligence' (kecerdasan buatan). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang tidak bisa dicegah," katanya.
Pada konferensi internasional tahun ini, ISKI mengangkat tema tentang AI atau kecerdasan buatan mengingat perkembangan saat ini yang sedemikian masif, termasuk dalam bidang komunikasi.
Menurut dia, teknologi memiliki wajah ganda yang tidak hanya bisa membantu manusia untuk menyelesaikan berbagai persoalan, namun juga akan dihadapkan pada berbagai persoalan baru.
Ia mencontohkan media sosial yang menciptakan demokrasi digital, sekaligus menjadi sarana menyebarkan misinformasi, malinformasi, disinformasi, dan berita bohong.
"Maka diperlukan regulasi yang bertujuan memperbesar sisi positif teknologi digital, sembari mengerem sisi negatifnya. Kita tidak bisa menolak atau menghindari AI, tapi AI juga bukan segalanya bagi kita," katanya.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo Usman Kansong menyambut baik konferensi internasional yang mengumpulkan berbagai pemikiran untuk pengembangan bidang komunikasi.
"Kami dari pemerintah menyambut positif. Mudah-mudahan hasil konferensi ini bisa diserahkan kepada pemerintah untuk menuntun dalam membuat kebijakan dalam bidang AI atau kecerdasan buatan," katanya.
Indonesia, kata dia, memiliki strategi nasional dalam pengembangan kecerdasan buatan, tetapi masih terbuka untuk menerima masukan dari berbagai kalangan, khususnya akademisi atau ilmuwan komunikasi.
Ketua ISKI Jateng Lintang Ratri Rahmiaji mengatakan setidaknya 170 makalah dipresentasikan pada konferensi internasional itu, baik secara daring maupun luring.
"Makalah yang dipresentasikan ada 170 paper (makalah), baik yang 'offline' maupun 'online'. Semuanya terbagi dalam 11 tema. Kami membagi dalam delapan kelas untuk dua sesi," kata pengajar komunikasi Universitas Diponegoro Semarang itu.
Sebelas tema itu, yakni "Communication Technology and Digital Media", "Branding and Digital Media", "Journalism dan Digital Media", "Corporate & Digital PR", "Communication and Gender", "Intercultural Communication", "Health Communication", "Political Communication", "Media and Communication Policy", "Tourism Communication", dan "Environment Communication".