"Film itu suatu seni, ada seniman, aktris, aktor, sutradara, objek yang difilmkan. Itu tentang kita, itu yang jadi jendela. Di situ penonton akan melihat kesamaan perbedaan tentang film yang akan ditonton, itu yang akan jadi daya tarik penonton di India," kata Sidharto pada malam pembukaan Delhi International Film Festival (DIFF) di Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi, Minggu malam waktu setempat.
Duta besar yang akrab disapa Arto tersebut mengatakan potensi perfilman Indonesia di India sangat besar mengingat kedua negara memiliki hubungan erat yang sudah sangat lama terjalin, bahkan pada masa sebelum kemerdekaan.
"Hubungan kita itu mungkin mundur seribu dua ribu tahun, mungkin mundur sejak zamannya Mahabharata yang kita tidak tahu kapan. Itu akar dari hubungan India-Indonesia," kata Arto.
Arto berharap panjangnya hubungan erat serta kesamaan-kesamaan antara kedua negara bisa menghadirkan lebih banyak kerja sama, termasuk yang berkenaan dengan film dan budaya.
Ia mengatakan bahwa ada banyak dimensi Indonesia yang perlu dikenalkan ke masyarakat dunia, dan pengenalan itu bisa dilakukan lewat film.
Dia mencontohkan film seperti "Susah Sinyal" karya Ernest Prakasa, yang mengambil latar Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, bisa menjadi jendela bagi orang luar yang ingin mengenal Indonesia.
"Pasti ada satu sisi Indonesia yang menjadi jendela untuk orang luar," kata Arto, menambahkan film-film tentang Indonesia bisa menjadi bagian dari promosi Indonesia ke masyarakat internasional. (Editor : Maryati).