Budi daya nila salin makin diminati
Pati (Antaranews Jateng) - Budi daya ikan nila jenis salin semakin diminati petambak di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, karena prospeknya yang menggiurkan.
"Pertumbuhan ikan nila salin memang lebih cepat karena dalam waktu tiga bulan sudah bisa dipanen," kata Ketua Kelompok Pembudi Daya Ikan Minar Barokah Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Hapit Nugroho saat memanen nila salin di tambaknya di Desa Bandungan, Kecamatan Tayu, Pati, Kamis.
Selain pertumbuhannya yang cepat, kata dia, harga jual di pasaran juga lebih baik serta daging ikannya juga memiliki cita rasa tersendiri sehingga sangat diminati konsumen.
Apalagi, lanjut dia, komoditas nila salin merupakan jenis nila unggul yang sebelumnya telah melalui proses adaptasi dari salinitas 0 ppt (tawar) ke salinitas mencapai 20 ppt (payau).
Ia juga menuturkan secara ekonomi ikan nila salin sangat menjanjikan karena masyarakat mulai menggeluti usaha budi daya nila salin.
"Diperkirakan ada 400-an orang yang menekuni budi daya ikan nila salin," ujarnya.
Untuk itu, Nugroho meminta agar suplai benih nantinya dapat disediakan dari Pati karena kebutuhan benihnya mencapai minimal 1,4 juta ekor per hari.
Setiap satu hektare tambak, katanya, memiliki produktivitas berkisar 3,5-4 ton.
Harga jual komoditas tersebut, di tingkat pembudi daya berkisar Rp23.000 per kilogram, sedangkan keuntungan yang diperoleh berkisar Rp30 juta untuk sekali panen.
"Akses pasar juga tidak sulit karena pedagang langsung datang ke tambak," ujarnya.
Pemilik rumah makan, Nila Sari di Desa Tanggulsari, Kecamatan Tayu, Pati, Saiful mengakui ikan nila salin memang menjadi salah satu menu primadona dan mulai mendominasi pasar ikan di Pati.
Bahkan, kata dia, konsumen saat ini mulai melirik ikan nila salin sebagai menu lauk sehari-hari karena dagingnya yang lezat, tekstur daging lebih baik dan daging lebih tebal.
Sementara Itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati Edy Martanto menyatakan bahwa pihaknya akan menjadikan nila salin ini sebagai "brand image" baru produk perikanan di Kabupaten Pati.
Sebagai bentuk komitmen saat ini, kata dia, Dinas Perikanan tengah mengusulkan SK Bupati Pati tentang Penetapan Kawasan Nila Salin Berkelanjutan.
"Nantinya dukungan anggaran akan kami fokuskan pada pengembangan kawasan nila salin ini. Termasuk, akan kami gunakan tambak dinas dan pembangunan Balai Benih Ikan khusus untuk penyediaan benih nila salin, sehingga nantinya tidak lagi mendatangkan dari luar Pati," ujarnya.
Ia berharap kawasan pengembangan nila salin tersebut nantinya akan memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat, dan perekonomian daerah.
"Bagi Pemerintah Pusat, dengan pengembangan ini akan mendongkrak produksi perikanan budidaya nasional. Apalagi kehadiran Dirjen Budidaya beberapa waktu lalu menjadi titik tolak bagi kami dalam mendorong kawasan ini sebagai sentra budidaya patin nasional," ujarnya.
Saat meninjau langsung kawasan nila salin di Pati, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menyatakan bahwa Kabupaten Pati merupakan satu satunya kawasan budidaya nila salin terbesar di Indonesia.
Oleh karena itu, lanjut dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mendorong Kabupaten Pati ditetapkan sebagai kawasan nila salin berkelanjutan nasional.
Slamet juga memastikan melalui penetapan kawasan ini, maka akan terwujud pusat kegiatan ekonomi berbasis komoditas unggulan nila salin dan secara langsung mendorong pergerakan ekonomi masyarakat dan daerah.
"Kami juga memberikan dukungan alat berat escavator, disamping nanti akan dialokasikan program irigasi tambak partisipatif (PITAP) berbasis padat karya di kawasan ini, sehingga terbangun Kawasan yang memenuhi syarat keberlanjutan," ujarnya.
KKP juga akan memberikan dukungan pakan mandiri untuk menurunkan cost produksi dan membuat balai bengong sebagai sarana diskusi, transfer informasi teknologi dan pasar.
"Satu hal yang yang sangat penting adalah agar masyarakat menjaga kelestarian lingkungan, sehingga kawasan nila salin ini terjamin keberkelanjutannya," ujarnya.
"Pertumbuhan ikan nila salin memang lebih cepat karena dalam waktu tiga bulan sudah bisa dipanen," kata Ketua Kelompok Pembudi Daya Ikan Minar Barokah Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Hapit Nugroho saat memanen nila salin di tambaknya di Desa Bandungan, Kecamatan Tayu, Pati, Kamis.
Selain pertumbuhannya yang cepat, kata dia, harga jual di pasaran juga lebih baik serta daging ikannya juga memiliki cita rasa tersendiri sehingga sangat diminati konsumen.
Apalagi, lanjut dia, komoditas nila salin merupakan jenis nila unggul yang sebelumnya telah melalui proses adaptasi dari salinitas 0 ppt (tawar) ke salinitas mencapai 20 ppt (payau).
Ia juga menuturkan secara ekonomi ikan nila salin sangat menjanjikan karena masyarakat mulai menggeluti usaha budi daya nila salin.
"Diperkirakan ada 400-an orang yang menekuni budi daya ikan nila salin," ujarnya.
Untuk itu, Nugroho meminta agar suplai benih nantinya dapat disediakan dari Pati karena kebutuhan benihnya mencapai minimal 1,4 juta ekor per hari.
Setiap satu hektare tambak, katanya, memiliki produktivitas berkisar 3,5-4 ton.
Harga jual komoditas tersebut, di tingkat pembudi daya berkisar Rp23.000 per kilogram, sedangkan keuntungan yang diperoleh berkisar Rp30 juta untuk sekali panen.
"Akses pasar juga tidak sulit karena pedagang langsung datang ke tambak," ujarnya.
Pemilik rumah makan, Nila Sari di Desa Tanggulsari, Kecamatan Tayu, Pati, Saiful mengakui ikan nila salin memang menjadi salah satu menu primadona dan mulai mendominasi pasar ikan di Pati.
Bahkan, kata dia, konsumen saat ini mulai melirik ikan nila salin sebagai menu lauk sehari-hari karena dagingnya yang lezat, tekstur daging lebih baik dan daging lebih tebal.
Sementara Itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati Edy Martanto menyatakan bahwa pihaknya akan menjadikan nila salin ini sebagai "brand image" baru produk perikanan di Kabupaten Pati.
Sebagai bentuk komitmen saat ini, kata dia, Dinas Perikanan tengah mengusulkan SK Bupati Pati tentang Penetapan Kawasan Nila Salin Berkelanjutan.
"Nantinya dukungan anggaran akan kami fokuskan pada pengembangan kawasan nila salin ini. Termasuk, akan kami gunakan tambak dinas dan pembangunan Balai Benih Ikan khusus untuk penyediaan benih nila salin, sehingga nantinya tidak lagi mendatangkan dari luar Pati," ujarnya.
Ia berharap kawasan pengembangan nila salin tersebut nantinya akan memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat, dan perekonomian daerah.
"Bagi Pemerintah Pusat, dengan pengembangan ini akan mendongkrak produksi perikanan budidaya nasional. Apalagi kehadiran Dirjen Budidaya beberapa waktu lalu menjadi titik tolak bagi kami dalam mendorong kawasan ini sebagai sentra budidaya patin nasional," ujarnya.
Saat meninjau langsung kawasan nila salin di Pati, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menyatakan bahwa Kabupaten Pati merupakan satu satunya kawasan budidaya nila salin terbesar di Indonesia.
Oleh karena itu, lanjut dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mendorong Kabupaten Pati ditetapkan sebagai kawasan nila salin berkelanjutan nasional.
Slamet juga memastikan melalui penetapan kawasan ini, maka akan terwujud pusat kegiatan ekonomi berbasis komoditas unggulan nila salin dan secara langsung mendorong pergerakan ekonomi masyarakat dan daerah.
"Kami juga memberikan dukungan alat berat escavator, disamping nanti akan dialokasikan program irigasi tambak partisipatif (PITAP) berbasis padat karya di kawasan ini, sehingga terbangun Kawasan yang memenuhi syarat keberlanjutan," ujarnya.
KKP juga akan memberikan dukungan pakan mandiri untuk menurunkan cost produksi dan membuat balai bengong sebagai sarana diskusi, transfer informasi teknologi dan pasar.
"Satu hal yang yang sangat penting adalah agar masyarakat menjaga kelestarian lingkungan, sehingga kawasan nila salin ini terjamin keberkelanjutannya," ujarnya.