Solo, Antara Jateng - Permintaan pasar terhadap "shuttlecock" badminton produksi perajin di Kampung Makam Bergolo, Serengan, Kota Solo meningkat terkait dengan "event" internasional Thomas Cup dan Uber Cup, kata Ketua Peguyuban Perajin Shuttlecock Badminton setempat, Maridi.
"Kami sebelumnya rata-rata mampu menjual sekitar 800 slof per bulan, kini meningkat menjadi 1.000 slof. Setiap slof berisi 12 kok," kata Mardi yang menekuni sebagai perajin "shuttlecock" sejak 1981, di Solo, Rabu.
Musim liburan sekolah seperti saat ini, ujarnya, juga berdampak terhadap peningkatan permintaan "shuttlecock" atau kok badminton, karena banyak anak mengisi waktu luang dengan bulu tangkis.
Pertandingan internasional seperti Thomas Cup dan Uber Cup, katanya, juga membuat masyarakat bersemangat bermain bulu tangkis di lingkungan tempat tinggal masing-masing, sehingga permintaan pasar terhadap produk kerajinan rumah tangga dari kampung tersebut naik.
Apalagi, katanya, saat ini cukup banyak lapangan bulu tangkis di Kota Solo.
"Hampir di setiap kampung atau kelurahan ada lapangan bulu tangkis, sehingga memudahkan masyarakat, baik anak-anak maupun orang tua, untuk bulu tangkis," katanya.
Ia mengatakan produk kok-nya yang bermerek "Adinda" dijual dengan harga bervariasi, tergantung kualitasnya. Kualitas sedang Rp40 ribu per slof, sedangkan terbaik Rp45 ribu, dan paling murah Rp35 ribu.
Permintaan kok produksinya bukan hanya dari masyarakat Kota Solo, akan tetapi juga beberapa daerah lainnya, seperti Jepara, Pati, Kudus, Semarang, Blora, Purwokerto, dan Yogyakarta.
Ia memprediksi permintaan pasar terhadap kok produknya turun saat Bulan Puasa yang diperkirakan mulai awal Juni mendatang, dan akan mengalami peningkatan kembali menjelang peringatan HUT RI yang jatuh setiap 17 Agustus.
Ia mengatakan mengerahkan 30 tenaga kerja untuk memproduksi kok dengan kemampuan sekitar 300 slof per minggu.
"Membuat kok diperlukan ketelitian dan kesabaran," ujarnya.
Menyinggung soal bahan baku berupa bulu ayam, Maridi mengatakan tidak masalah karena masih banyak diperoleh di Solo dan sekitarnya.
"Namun, untuk kepala kok harus impor dari Taiwan," katanya.

