"Penyerangan itu pada Sabtu (6/6) dini hari. Penyerang sekitar 16 orang, ada yang menggunakan senjata tajam. Mereka merusak kaca dan barang-barang di lantai satu, sedangkan penghuni asrama mengamankan diri di lantai dua. Saya selaku orangtua tentu kepikiran kejadian ini," kata salah satu orangtua penghuni asrama Kotim di Malang, Ruslan Abdul Gani di Sampit, Senin.
Ruslan yang mendapat kabar dari sang anak, mengaku sudah melaporkan masalah ini ke Wakil Bupati HM Taufiq Mukri dan Sekretaris Daerah, Putu Sudarsana.
Pemerintah daerah hari ini mengirim dua pejabatnya ke Malang untuk menindak lanjuti masalah agar diselesaikan tuntas secara hukum, sekaligus mendata kerusakan aset daerah yang berlokasi di Jalan DI Pandjaitan, Malang, ini.
Ruslan berharap kepolisian di Malang menjamin keamanan penghuni asrama Kotim. Pemerintah daerah juga diharapkan menambah petugas keamanan agar penjagaan tidak hanya dilakukan pada siang hari, tetapi juga saat malam.
"Aksi anarkis seperti ini tidak bisa dibiarkan. Harus ditindak tegas karena akan berdampak buruk kepada anak-anak kami yang kuliah di Malang, khususnya mereka yang tinggal di asrama Kotim. Saat ini 20 lebih penghuni asrama tetap bertahan demi soliditas meski mereka cukup trauma dengan aksi penyerangan itu," kata Ruslan.
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Kabupaten Kotim ini menyebutkan, kejadian ini adalah yang keduakalinya. Sebelumnya pada 16 Mei lalu, dua mahasiswa Kotim dikeroyok oleh sekelompok orang yang menyerang ke asrama, diduga akibat ketersinggungan saat melintas di depan asrama. Namun, kejadian itu tidak dilaporkan ke polisi karena mengira semua akan berakhir.
Masyarakat berharap penegak hukum di Malang segera mengusut tuntas masalah ini agar tidak berlanjut. Apalagi, sebagian kendaraan yang digunakan para pelaku berhasil teridentifikasi dan dikenali oleh penghuni asrama.