Semarang (ANTARA) - Calon presiden (Capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menegaskan bahwa cara untuk menghilangkan fenomena "orang dalam" (ordal) yang sudah sedemikian membudaya adalah dengan membuat transparansi dalam sistem rekrutmen.
"Sistem rekrutmen dibuat meritokrasi dengan proses yang transparan, yang bisa dilihat publik," kata Anies, saat Diskusi dan Kalibrasi Bersama Mahasiswa di GOR Jatidiri, Semarang, Minggu.
Menurut dia, salah satu cara ampuh untuk menjaga agar mereka yang berprestasi bisa mendapatkan kesempatan adalah dengan membuat proses seleksi secara transparan.
"Ketika proses dibuat transparan maka semua orang tahu. Saya beri contoh Jakarta ketika penerimaan siswa baru. Seluruh warga bisa lihat siapa yang dapat, dari mana, nilainya berapa? Semua lihat," katanya.
Dengan proses rekrutmen atau seleksi yang transparan, kata dia, maka seluruh masyarakat akan menerima hasilnya.
"Ketika hasilnya keluar enggak diprotes. Tapi, ketika begitu di situ nyelip anak yang enggak seharusnya masuk (namun lolos) maka akan ramai (dipersoalkan)," katanya.
Ia menjelaskan bahwa pengawasan yang paling efektif dalam proses seleksi yang sudah dibuat transparan dan meritokrasi adalah rakyat.
"Yang mengawasi siapa? Seluruh rakyat. Sistem meritokrasi itu yang berprestasi dapat kesempatan dan promosi," kata Anies.
Sebelumnya, dalam rangkaian kegiatan di Jateng, Anies menghadiri acara Istighosah Kubro Masyayich dan Alumni Pondok Pesantren Lirboyo Cabang ke-20 Semarang.
Kegiatan tersebut sekaligus deklarasi dukungan untuk pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) di Kabupaten Semarang.
Pasangan Anies-Muhaimin diusung oleh Koalisi Perubahan yang diinisiasi tiga partai politik, yakni Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Baca juga: Anies Baswedan: Program pembangunan 40 kota bukan mulai dari nol
Baca juga: Anies kunjungi Pekalongan, sebut perubahan kerap menghadapi tantangan