BNPT : Waspada, radikalisme sudah masuk ke pelajar SD
Kudus (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan masyarakat untuk mengenali tetangga sekitar sebagai upaya deteksi dini mencegah munculnya kasus terorisme ataupun radikalisme.
"Jangan tinggalkan kewajiban pendatang untuk lapor RT/RW, harus dihidupkan kembali. Jika tidak kenal lingkungan, dengan mudah tersusupi paham yang mengajarkan perbedaan," kata Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Kolonel CZi Rahmad Suhendro saat menjadi pembicara dalam acara yang bertema Kenduri Desa Damai Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri Yang Melibatkan Masyarakat di aula Balai Desa Getaspejaten, Kecamatan Jati, Kudus, Rabu.
Ia mengingatkan bahwa terorisme merupakan kejahatan luar biasa dan melanggar hak asasi manusia.
Pelaku terorisme dalam menjalankan aksinya, kata dia, mengatasnamakan agama, padahal ajaran agama yang dianut oleh masing-masing umat beragama tidak pernah mengajarkan untuk mengganggu masyarakat.
"Saat ini, radikalisme dan terorisme sudah masuk ke lini paling kecil. Bahkan, sudah masuk ke pelajar SD, sehingga masyarakat harus mewaspadai," ujarnya.
Hadirnya kegiatan kenduri desa damai di Kudus ini, menurut dia, bertujuan untuk guyub rukun sebagai kepedulian antarsesama dan menguatkan interaksi sosial secara intensif, sehingga menjadi bekal anak-anak dari desa ketika berada di ibukota tidak mudah terpapar radikalisme ataupun terorisme.
Ia berharap masyarakat memiliki lingkungan yang indah dan guyub, sehingga saling mengingatkan keluarga masing-masing.
"Kegiatan ini diharapkan menjadi bekal masyarakat untuk menularkan ke orang lain dalam mencegah terorisme. Kekerasan bagi kelompok teroris merupakan tindakan yang benar, padahal apapun suku, etnis dan agama tidak pernah mengajarkan keburukan dan merusak," ujarnya.
"Jangan tinggalkan kewajiban pendatang untuk lapor RT/RW, harus dihidupkan kembali. Jika tidak kenal lingkungan, dengan mudah tersusupi paham yang mengajarkan perbedaan," kata Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Kolonel CZi Rahmad Suhendro saat menjadi pembicara dalam acara yang bertema Kenduri Desa Damai Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri Yang Melibatkan Masyarakat di aula Balai Desa Getaspejaten, Kecamatan Jati, Kudus, Rabu.
Ia mengingatkan bahwa terorisme merupakan kejahatan luar biasa dan melanggar hak asasi manusia.
Pelaku terorisme dalam menjalankan aksinya, kata dia, mengatasnamakan agama, padahal ajaran agama yang dianut oleh masing-masing umat beragama tidak pernah mengajarkan untuk mengganggu masyarakat.
"Saat ini, radikalisme dan terorisme sudah masuk ke lini paling kecil. Bahkan, sudah masuk ke pelajar SD, sehingga masyarakat harus mewaspadai," ujarnya.
Hadirnya kegiatan kenduri desa damai di Kudus ini, menurut dia, bertujuan untuk guyub rukun sebagai kepedulian antarsesama dan menguatkan interaksi sosial secara intensif, sehingga menjadi bekal anak-anak dari desa ketika berada di ibukota tidak mudah terpapar radikalisme ataupun terorisme.
Ia berharap masyarakat memiliki lingkungan yang indah dan guyub, sehingga saling mengingatkan keluarga masing-masing.
"Kegiatan ini diharapkan menjadi bekal masyarakat untuk menularkan ke orang lain dalam mencegah terorisme. Kekerasan bagi kelompok teroris merupakan tindakan yang benar, padahal apapun suku, etnis dan agama tidak pernah mengajarkan keburukan dan merusak," ujarnya.