Ramaikan Pasar Bulu, Pemkot Semarang gelar Festival Semarang Rumah Kita
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang terus berupaya mengembalikan keramaian Pasar Bulu dengan menggelar Festival Rumah Kita selama dua hari, 21-22 Januari 2022, di mBuilding Center Pasar Bulu, Semarang.
Sub Koordinator Kesenian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang Heri Supriyanto menjelaskan kegiatan yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Semarang tersebut sekaligus untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan terdapat 20 ekonomi kreatif pilihan yang dihadirkan ke dalam acara.
"Ide awal acara ini, kami ingin mengubah Pasar Bulu yang awalnya sepi, kumuh menjadi pasar ekonomi kreatif yang memiliki daya jual," kata Heri
Filosofi dari Festival Semarang Rumah Kita, katanya, agar seluruh masyarakat Kota Semarang maupun pendatang merasa nyaman berada di Semarang dan menganggapnya menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Selain itu, festival tersebut bertujuan untuk melestarikan kebudayaan lokal Semarang dengan menyajikan pagelaran seni yang dikemas secara modern untuk menarik minat generasi muda.
"Kota Semarang diharapkan menjadi rumah yang nyaman bagi siapapun yang tinggal dan wisatawan yang akan datang berkunjung dapat menikmati keragaman budaya, kearifan lokal, serta keramahan yang dimiliki kota ini," sambungnya.
Ke depannya Heri berharap untuk ekonomi kreatif, para pedagang yang ada di pasar juga bisa bergabung dengan ekonomi kreatif. Solusi yang ditawarkan oleh pemerintah adalah dengan memberikan pelatihan, sebagai contoh penjual gerabah bisa mengembangkan produknya sebagai souvenir Semarang yang dilukis, sehingga nilai jualnya dapat meningkat.
Salah satu ekonomi kreatif yang diundang untuk hadir dalam festival tersebut adalah Rasendriya Kreasi Tulang Daun yang memulai bisnis dari tahun 2011 kemudian disebarluaskan pada 2017 setelah mendaftarkan usahanya ke UMKM Semarang.
Setelah mendapatkan bantuan, Rasendriya mengikuti pelatihan internasional hingga memasarkan produknya ke luar negeri kata Manajer Operasional Rasendriya Kreasi Tulang Daun Elly, pada Sabtu (21/1).
"Untuk lukisan di atas tulang daun, tamu nasional maupun internasional baik tamu kenegaraan maupun bukan yang berkunjung ke sini sudah pernah mendapatkan produk kita," sambung Elly.
Sementara untuk lokalan mereka sudah memiliki tujuh outlet yang tersebar di Kota Semarang. Berawal dari banyaknya sampah, terutama daun pendiri Rasendriya berpikir untuk mengolah sampah daun agar menjadi sustainability product. Akhirnya dari sampah daun tersebut diambil tulang daun yang telah diproses sedemikian rupa, sehingga menghasilkan produk yang diinginkan.
Elly menceritakan sebelumnya mereka sudah beberapa kali mengikuti pameran ekonomi kreatif yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Hal tersebut menyebabkan mereka memperoleh undangan untuk mengikuti festival tersebut.
"Kami dikontak langsung oleh Dinas Pariwisata untuk mengikuti pameran ini, dan tidak hanya ini kebetulan di hari yang sama juga akan ada di Kota Lama," ucapnya.
Selain produk kerajinan tangan, festival tersebut juga menghadirkan kopi sebagai bentuk ekonomi kreatif. Kopi Dulang menjadi bagian dari ekonomi kreatif Kota Semarang karena berhasil menyajikan kopi yang nyaman di pencernaan.
"Dari kopinya ini nyaman di pencernaan, tidak hanya di lambung kayak balancing kinerja pencernaan. Jadi dari penyimpanan kopi, pemilihan (biji) kopi, terus asal biji kopinya aman dengan pencernaan," kata pemilik Kopi Dulang Wisnu.
Menurut Wisnu untuk penjualannya sendiri balance, tidak terlalu ramai tetapi ada lini line dengan kopi sendiri. Selama tiga tahun ini, macam rasa kopi yang dihasilkan semakin banyak serta mereka juga memproduksi cake.
Pada awalnya Wisnu mengikuti sayembara kurasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kemudian dari acara itu ia dimintai portofolio dan dihubungi untuk mengikuti acara tersebut.
Sebelumnya Kopi Dulang sudah pernah mengikuti beberapa bazar yang diadakan oleh Dinas Koperasi, kemudian bazar-bazar yang bersponsor dan event musik.
Wisnu juga menjelaskan produknya sudah pernah digunakan untuk mengisi coffee break para tamu VIP. Menggunakan teknik penyimpanan biji kopi yang minim CO2 dan getah, menyebabkan kopi yang digunakan bisa nyaman di pencernaan. Bagi Wisnu acara festival seperti ini sangat seru, karena menurutnya kegiatan berjualan kopi sangat seru.
"Untuk (acara seperti ini) bermanfaat, tergantung dari pengasuhnya. Terkadang ada acara yang tidak ada penetrasi lebih untuk UMKM yang cenderung bisa jualan atau tidak," sambungnya.
Wisnu berharap untuk ke depannya, pemerintah dapat lebih aktif menggerakkan ekonomi kreatif di Kota Semarang dengan beragam acara yang bisa memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat di Kota Semarang maupun wisatawan.
*Penulis: Helena Mutiara
Mahasiswa Magang dari Unika Soegijapranata Semarang
Sub Koordinator Kesenian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang Heri Supriyanto menjelaskan kegiatan yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Semarang tersebut sekaligus untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan terdapat 20 ekonomi kreatif pilihan yang dihadirkan ke dalam acara.
"Ide awal acara ini, kami ingin mengubah Pasar Bulu yang awalnya sepi, kumuh menjadi pasar ekonomi kreatif yang memiliki daya jual," kata Heri
Filosofi dari Festival Semarang Rumah Kita, katanya, agar seluruh masyarakat Kota Semarang maupun pendatang merasa nyaman berada di Semarang dan menganggapnya menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Selain itu, festival tersebut bertujuan untuk melestarikan kebudayaan lokal Semarang dengan menyajikan pagelaran seni yang dikemas secara modern untuk menarik minat generasi muda.
"Kota Semarang diharapkan menjadi rumah yang nyaman bagi siapapun yang tinggal dan wisatawan yang akan datang berkunjung dapat menikmati keragaman budaya, kearifan lokal, serta keramahan yang dimiliki kota ini," sambungnya.
Ke depannya Heri berharap untuk ekonomi kreatif, para pedagang yang ada di pasar juga bisa bergabung dengan ekonomi kreatif. Solusi yang ditawarkan oleh pemerintah adalah dengan memberikan pelatihan, sebagai contoh penjual gerabah bisa mengembangkan produknya sebagai souvenir Semarang yang dilukis, sehingga nilai jualnya dapat meningkat.
Salah satu ekonomi kreatif yang diundang untuk hadir dalam festival tersebut adalah Rasendriya Kreasi Tulang Daun yang memulai bisnis dari tahun 2011 kemudian disebarluaskan pada 2017 setelah mendaftarkan usahanya ke UMKM Semarang.
Setelah mendapatkan bantuan, Rasendriya mengikuti pelatihan internasional hingga memasarkan produknya ke luar negeri kata Manajer Operasional Rasendriya Kreasi Tulang Daun Elly, pada Sabtu (21/1).
"Untuk lukisan di atas tulang daun, tamu nasional maupun internasional baik tamu kenegaraan maupun bukan yang berkunjung ke sini sudah pernah mendapatkan produk kita," sambung Elly.
Sementara untuk lokalan mereka sudah memiliki tujuh outlet yang tersebar di Kota Semarang. Berawal dari banyaknya sampah, terutama daun pendiri Rasendriya berpikir untuk mengolah sampah daun agar menjadi sustainability product. Akhirnya dari sampah daun tersebut diambil tulang daun yang telah diproses sedemikian rupa, sehingga menghasilkan produk yang diinginkan.
Elly menceritakan sebelumnya mereka sudah beberapa kali mengikuti pameran ekonomi kreatif yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Hal tersebut menyebabkan mereka memperoleh undangan untuk mengikuti festival tersebut.
"Kami dikontak langsung oleh Dinas Pariwisata untuk mengikuti pameran ini, dan tidak hanya ini kebetulan di hari yang sama juga akan ada di Kota Lama," ucapnya.
Selain produk kerajinan tangan, festival tersebut juga menghadirkan kopi sebagai bentuk ekonomi kreatif. Kopi Dulang menjadi bagian dari ekonomi kreatif Kota Semarang karena berhasil menyajikan kopi yang nyaman di pencernaan.
"Dari kopinya ini nyaman di pencernaan, tidak hanya di lambung kayak balancing kinerja pencernaan. Jadi dari penyimpanan kopi, pemilihan (biji) kopi, terus asal biji kopinya aman dengan pencernaan," kata pemilik Kopi Dulang Wisnu.
Menurut Wisnu untuk penjualannya sendiri balance, tidak terlalu ramai tetapi ada lini line dengan kopi sendiri. Selama tiga tahun ini, macam rasa kopi yang dihasilkan semakin banyak serta mereka juga memproduksi cake.
Pada awalnya Wisnu mengikuti sayembara kurasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kemudian dari acara itu ia dimintai portofolio dan dihubungi untuk mengikuti acara tersebut.
Sebelumnya Kopi Dulang sudah pernah mengikuti beberapa bazar yang diadakan oleh Dinas Koperasi, kemudian bazar-bazar yang bersponsor dan event musik.
Wisnu juga menjelaskan produknya sudah pernah digunakan untuk mengisi coffee break para tamu VIP. Menggunakan teknik penyimpanan biji kopi yang minim CO2 dan getah, menyebabkan kopi yang digunakan bisa nyaman di pencernaan. Bagi Wisnu acara festival seperti ini sangat seru, karena menurutnya kegiatan berjualan kopi sangat seru.
"Untuk (acara seperti ini) bermanfaat, tergantung dari pengasuhnya. Terkadang ada acara yang tidak ada penetrasi lebih untuk UMKM yang cenderung bisa jualan atau tidak," sambungnya.
Wisnu berharap untuk ke depannya, pemerintah dapat lebih aktif menggerakkan ekonomi kreatif di Kota Semarang dengan beragam acara yang bisa memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat di Kota Semarang maupun wisatawan.
*Penulis: Helena Mutiara
Mahasiswa Magang dari Unika Soegijapranata Semarang