Jateng mulai bangkitkan fesyen dimulai dari Batik Lasem
Semarang (ANTARA) - Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) setempat mulai membangkitkan fesyen yang ada di seluruh kabupaten-kota dan dimulai dari Batik Lasem, Kabupaten Rembang dalam ajang UKM Virtual Expo II yang digelar 19-20 November 2020.
"Kami (Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah,red.) bersama Dekranasda ingin membangkitkan fesyen Jateng dan dimulai dari ujung timur ke arah barat. Kebangkitan fesyen ini mulai digerakkan di kabupaten kota di Jateng dan bagi yang belum mempunyai fesyen agar bisa berkembang. Ke depan Jateng harapannya bisa menjual kain yang bagus dan ada nilai tambahnya, sehingga tidak sekadar menjual kain tetapi juga ready to wear yang harganya bisa Rp3 juta-Rp4 juta," kata Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati.
Hal tersebut disampaikan Ema pada Fesyen Talk dengan tema Menuju Rembang Kota Fesyen dalam rangkaian UVO II yang menghadirkan pembicara Ema Rachmawati, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah; Ahsanudin, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang; Afif Arwani, Ketua Koperasi Batik Lasem; dan FX Sugiyanto, dari Lembaga Gerak Pemberdayaan.
Ema menjelaskan impian menjadikan Rembang Kota Fesyen tersebut berawal dari banyaknya permintaan pembeli terhadap batik Lasem yang ready to wear pada sejumlah pameran yang diikuti Dinas Koperasi dan UKM Jateng, sehingga tidak sekadar menjual kain lembaran.
"Saat pameran semua kabupaten-kota diajak. Pada saat di stan Rembang banyak yang menanyakan ada tidak bajunya. Jadi sayang banget, jika kain batik Lasem dibuat baju tentu akan memiliki nilai lebih, karena baju dengan kain biasa saja bisa laku sampai Rp7 sampai Rp10 juta, apalagi yang kainnya bagus seperti batik Lasem," kata Ema.
Baca juga: Anna Avantie berbagi kisah sukses di UKM Virtual Expo
Baca juga: Atiqoh Ganjar: Saatnya UKM Jateng pasarkan produk dengan teknologi informasi
Ema mengakui untuk membangkitkan fesyen Jawa Tengah, dibutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak termasuk dalam membentuk ekosistem seperti desainer, penjahit, fotografer, hingga industri usaha pendukung lainnya seperti jilbab, turban, tas, dan lainnya serta adanya keinginan yang kuat dari para pelaku UKM atau UMKM setempat untuk berubah.
"Perlu bersama-sama, tidak mungkin jalan sendiri. Kami bisa memfasilitasi, tetapi jika tidak ada keinginan berubah dari teman-teman yang tidak bisa," kata Ema.
Ahsanudin, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang menyebutkan hingga saat ini setidaknya ada 300 UKM batik di wilayah Lasem yang sebagian besar memproduksi lembaran kain batik dan untuk mewujudkan mimpi Rembang menjadi Kota Fesyen sejak September telah mulai dibuat roadmap pembagian peran masing-masing pihak, didampingi Dinas Koperasi dan UKM Jateng dan Lembaga Gerak Pemberdayaan.
"Kami bermimpi agar Rembang khususnya Lasem, diangkat jadi Kota Fesyen, untuk itu perlu persiapan, perencanaan, dan sinergi dengan banyak pihak. Saat ini perlu fokus dan konsisten sesuai dengan peran masing-masing. APBD Perubahan juga telah mulai diarahkan seperti untuk memberikan pelatihan," kata Ahsanudin.
Baca juga: 2.595 produk fesyen ramaikan UKM Virtual Expo II
Sejumlah pelatihan kepada para pelaku UKM diakui Afif Arwani, Ketua Koperasi Batik Lasem yang mengaku banyak fasilitas yang diberikan untuk dapat mewujudkan Rembang menjadi Kota Fesyen.
Bergeraknya seluruh pihak tersebut, menurut Prof. FX Sugiyanto menjadi potensi besar untuk mewujudkan Lasem Kota Fesyen karena adanya pondasi yang kuat yakni telah tersedianya iindustri batik, sosial, kultural, dan dukungan lainnya yang menjadi modal besar.
"Untuk mencapai sebagai kota fesyen tidak mudah, tetapi mungkin. Tugas kami adalah merangkai, menggabungkan gagasan dan pengetahuan untuk kemudian menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan mimpi tersebut (membangkitkan fesyen Jateng, red.)," kata FX Sugiyanto.
Baca juga: Fokuskan fesyen, 152 toko online Jateng ramaikan UKM Virtual Expo II
"Kami (Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah,red.) bersama Dekranasda ingin membangkitkan fesyen Jateng dan dimulai dari ujung timur ke arah barat. Kebangkitan fesyen ini mulai digerakkan di kabupaten kota di Jateng dan bagi yang belum mempunyai fesyen agar bisa berkembang. Ke depan Jateng harapannya bisa menjual kain yang bagus dan ada nilai tambahnya, sehingga tidak sekadar menjual kain tetapi juga ready to wear yang harganya bisa Rp3 juta-Rp4 juta," kata Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati.
Hal tersebut disampaikan Ema pada Fesyen Talk dengan tema Menuju Rembang Kota Fesyen dalam rangkaian UVO II yang menghadirkan pembicara Ema Rachmawati, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah; Ahsanudin, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang; Afif Arwani, Ketua Koperasi Batik Lasem; dan FX Sugiyanto, dari Lembaga Gerak Pemberdayaan.
Ema menjelaskan impian menjadikan Rembang Kota Fesyen tersebut berawal dari banyaknya permintaan pembeli terhadap batik Lasem yang ready to wear pada sejumlah pameran yang diikuti Dinas Koperasi dan UKM Jateng, sehingga tidak sekadar menjual kain lembaran.
"Saat pameran semua kabupaten-kota diajak. Pada saat di stan Rembang banyak yang menanyakan ada tidak bajunya. Jadi sayang banget, jika kain batik Lasem dibuat baju tentu akan memiliki nilai lebih, karena baju dengan kain biasa saja bisa laku sampai Rp7 sampai Rp10 juta, apalagi yang kainnya bagus seperti batik Lasem," kata Ema.
Baca juga: Anna Avantie berbagi kisah sukses di UKM Virtual Expo
Baca juga: Atiqoh Ganjar: Saatnya UKM Jateng pasarkan produk dengan teknologi informasi
Ema mengakui untuk membangkitkan fesyen Jawa Tengah, dibutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak termasuk dalam membentuk ekosistem seperti desainer, penjahit, fotografer, hingga industri usaha pendukung lainnya seperti jilbab, turban, tas, dan lainnya serta adanya keinginan yang kuat dari para pelaku UKM atau UMKM setempat untuk berubah.
"Perlu bersama-sama, tidak mungkin jalan sendiri. Kami bisa memfasilitasi, tetapi jika tidak ada keinginan berubah dari teman-teman yang tidak bisa," kata Ema.
Ahsanudin, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang menyebutkan hingga saat ini setidaknya ada 300 UKM batik di wilayah Lasem yang sebagian besar memproduksi lembaran kain batik dan untuk mewujudkan mimpi Rembang menjadi Kota Fesyen sejak September telah mulai dibuat roadmap pembagian peran masing-masing pihak, didampingi Dinas Koperasi dan UKM Jateng dan Lembaga Gerak Pemberdayaan.
"Kami bermimpi agar Rembang khususnya Lasem, diangkat jadi Kota Fesyen, untuk itu perlu persiapan, perencanaan, dan sinergi dengan banyak pihak. Saat ini perlu fokus dan konsisten sesuai dengan peran masing-masing. APBD Perubahan juga telah mulai diarahkan seperti untuk memberikan pelatihan," kata Ahsanudin.
Baca juga: 2.595 produk fesyen ramaikan UKM Virtual Expo II
Sejumlah pelatihan kepada para pelaku UKM diakui Afif Arwani, Ketua Koperasi Batik Lasem yang mengaku banyak fasilitas yang diberikan untuk dapat mewujudkan Rembang menjadi Kota Fesyen.
Bergeraknya seluruh pihak tersebut, menurut Prof. FX Sugiyanto menjadi potensi besar untuk mewujudkan Lasem Kota Fesyen karena adanya pondasi yang kuat yakni telah tersedianya iindustri batik, sosial, kultural, dan dukungan lainnya yang menjadi modal besar.
"Untuk mencapai sebagai kota fesyen tidak mudah, tetapi mungkin. Tugas kami adalah merangkai, menggabungkan gagasan dan pengetahuan untuk kemudian menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan mimpi tersebut (membangkitkan fesyen Jateng, red.)," kata FX Sugiyanto.
Baca juga: Fokuskan fesyen, 152 toko online Jateng ramaikan UKM Virtual Expo II