Wellington (ANTARA) - Selandia Baru pada Minggu menandai 100 hari tanpa penularan lokal COVID-19, tetapi memperingatkan agar masyarakat tidak berpuas diri karena negara-negara seperti Vietnam dan Australia, yang pernah sudah mengendalikan virus, sekarang memerangi kebangkitan infeksi.
Perjuangan sukses Selandia Baru melawan COVID-19 telah menjadikan negara kepulauan Pasifik berpenduduk lima juta jiwa itu salah satu tempat teraman di dunia saat ini.
Warga Selandia Baru telah kembali ke kehidupan normal, tetapi pihak berwenang khawatir bahwa orang-orang sekarang menolak pengujian, tidak menggunakan aplikasi pelacakan kontak pemerintah, dan bahkan mengabaikan aturan kebersihan dasar.
Baca juga: Kasus COVID-19 muncul lagi, Menkes Selandia Baru mundur
"Kita telah melihat di luar negeri betapa cepatnya virus dapat muncul kembali dan menyebar di tempat-tempat di mana sebelumnya terkendali, dan kita perlu bersiap untuk segera membasmi setiap kasus pada masa depan di Selandia Baru," kata Bloomfield.
Selandia Baru memiliki 23 kasus aktif di fasilitas isolasi terkelola, dan sejauh ini mencatat jumlah total 1.219 kasus COVID-19.
Baca juga: PM Ardern: Selandia Baru harus antisipasi wabah baru corona
Baca juga: Vietnam evakuasi 80.000 orang dari Danang usai muncul kasus COVID-19
Vietnam, yang selama tiga bulan tidak mendeteksi penularan domestik, sekarang berpacu untuk mengendalikan wabah baru di Da Nang.
Kota tetangga terbesar kedua di Australia, Melbourne, telah diisolasi selama enam minggu karena lonjakan kasus. Gelombang kedua kasus di Melbourne itu sebagian besar disebabkan oleh penyimpangan dalam karantina.
"Untuk negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru, sumber wabah tersebut kemungkinan besar berasal dari fasilitas isolasi dan karantina yang dikelola karena banyaknya orang yang ditahan di sana dan banyaknya giliran staf yang terlibat dalam merawat mereka," kata profesor Kesehatan Masyarakat di Universitas Otago, Michael Baker.
Ada kasus beberapa warga Selandia Baru yang kembali dari perjalanan namun menyelinap keluar dari karantina, juga kasus terkait kesalahan keamanan lainnya.
Selandia Baru minggu lalu meningkatkan pengujian di fasilitas dan klinik karantina, dan mulai membuat teknologi untuk melacak orang dengan menggunakan teknologi Bluetooth.
Perdana Menteri Jacinda Ardern memulai kampanye pemilihan ulangnya pada Sabtu (8/8) dengan menyebutnya sebagai "pemilu COVID".
Namun, kebangkitan kasus karena "kelelahan COVID" bisa memicu reaksi terhadapnya, dan memberikan oposisi kesempatan untuk kembali ke kontes pemilihan.
Sumber: Reuters