"Saya turut berduka, innalillahi wainna ilaihi raji'un, semoga husnul khatimah. Sejak Pak Jokowi jadi wali kota saya mengenal beliau (Bu Noto, red.), tidak ada yang berubah sampai sekarang, tetap 'grapyak' dan 'semanak'," ujarnya.
Ia mengaku sering bertemu dengan almarhumah, terutama saat acara-acara pengajian.
Baca juga: Ibunda Presiden Jokowi wafat di RST Slamet Riyadi Solo
Baca juga: 1.600 personel gabungan amankan prosesi pemakaman ibunda Presiden
Bahkan, pernah suatu ketika, saat Ganjar hendak mencalonkan diri sebagai Gubernur Jateng periode pertama, Bu Noto turut hadir di salah satu acara pengajian, tetapi kehadiran ibu itu tidak diketahui dirinya.
"Beliau tetap mengikuti dan bercampur (berbaur, red.) dengan masyarakat. Sama tetangga Bu Noto juga masih tetap sering mengunjungi," ujarnya.
Menurut dia, kebiasaan Presiden Jokowi yang sering blusukan dan tidak berjarak dengan masyarakat itu menurun dari sang ibunda.
Ganjar menilai Bu Noto patut dijadikan rujukan oleh para ibu zaman sekarang.
"Merakyatnya beliau ini memberi contoh bagi kita, sosok ibu yang selalu rendah hati. Bisa memberi teladan bukan hanya pada anaknya, tapi juga memberi teladan pada kita semua bahwa jabatan akan menjadi hal biasa saja dan tidak bisa mengubah relasi sosial yang telah ada," kata dia.
Ibunda Presiden Joko Widodo, Sujiatmi Notomiharjo, wafat di Kota Surakarta, Jawa Tengah pada Rabu, sekitar pukul 16.45 WIB.
Baca juga: Rumah duka ibunda Jokowi tanpa kepadatan pelayat