Bank Jateng: Aset keuangan syariah baru 5 persen
pelaku industri keuangan harus terus mengenalkan industri perbankan syariah kepada masyarakat
Solo (ANTARA) - Bank Jateng menyatakan aset keuangan syariah hingga saat ini baru lima5 persen secara nasional sehingga masih jauh tertinggal dibandingkan dengan industri keuangan konvensional.
"Dari data nasional, jumlah aset perbankan syariah hanya sekitar lima persen," kata Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya di Solo, Jumat.
Menurut dia, saat ini secara nasional total aset industri keuangan secara keseluruhan mencapai Rp8.200 triliun, sedangkan khusus aset dari keuangan syariah tercatat Rp494 triliun.
Melihat kondisi tersebut, katanya, tidak mudah bagi industri keuangan syariah untuk mengejar ketertinggalan dari keuangan konvensional.
Bahkan, katanya, meskipun pertumbuhan perbankan syariah pada tahun depan mencapai 100 persen, hal itu tetap masih kesulitan mengejar industri keuangan konvensional.
"Padahal pertumbuhan 100 persen itu juga sangat tidak mungkin kecuali terjadi sesuatu yang luar biasa seperti misal ada konversi dari perbankan konvensional ke perbankan syariah," katanya.
Terkait dengan hal itu, katanya, pelaku ekonomi syariah terus berupaya agar sektor tersebut tetap tumbuh secara berkesinambungan.
"Termasuk menjaga pertumbuhannya agar sehat melalui hal yang konkrit. Saat ini yang penting suistain dan tumbuh," katanya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Surakarta Eko Yunianto mengatakan saat ini kondisi perbankan syariah masih sulit berkembang.
"Padahal mayoritas masyarakat Indonesia berlatar belakang Muslim. Oleh karena itu, pelaku industri keuangan harus terus mengenalkan industri perbankan syariah kepada masyarakat," katanya.
"Dari data nasional, jumlah aset perbankan syariah hanya sekitar lima persen," kata Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya di Solo, Jumat.
Menurut dia, saat ini secara nasional total aset industri keuangan secara keseluruhan mencapai Rp8.200 triliun, sedangkan khusus aset dari keuangan syariah tercatat Rp494 triliun.
Melihat kondisi tersebut, katanya, tidak mudah bagi industri keuangan syariah untuk mengejar ketertinggalan dari keuangan konvensional.
Bahkan, katanya, meskipun pertumbuhan perbankan syariah pada tahun depan mencapai 100 persen, hal itu tetap masih kesulitan mengejar industri keuangan konvensional.
"Padahal pertumbuhan 100 persen itu juga sangat tidak mungkin kecuali terjadi sesuatu yang luar biasa seperti misal ada konversi dari perbankan konvensional ke perbankan syariah," katanya.
Terkait dengan hal itu, katanya, pelaku ekonomi syariah terus berupaya agar sektor tersebut tetap tumbuh secara berkesinambungan.
"Termasuk menjaga pertumbuhannya agar sehat melalui hal yang konkrit. Saat ini yang penting suistain dan tumbuh," katanya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Surakarta Eko Yunianto mengatakan saat ini kondisi perbankan syariah masih sulit berkembang.
"Padahal mayoritas masyarakat Indonesia berlatar belakang Muslim. Oleh karena itu, pelaku industri keuangan harus terus mengenalkan industri perbankan syariah kepada masyarakat," katanya.