Presiden Jokowi ajak bangun keluarga penuh kasih sayang
Solo (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak rakyat Indonesia membangun mulai dengan keluarga yang penuh kasih sayang, karena hal itu bagian dalam menjaga dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Saya mengajak membangun keluarga yang penuh kasih sayang, karena itu bagian menjaga dan merawat negara kita NKRI," kata Jokowi di sela membuka Konsultasi Nasional XIII 2019, Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI), di Hotel Sunan Solo, Jumat petang.
Jokowi mengatakan Negara Indonesia merupakan negara besar yang sering melupakan persoalan ini.
Baca juga: Jokowi: Tak perlu malu sertifikat untuk agunan
"Kita lihat sekarang, ada perubahan-perubahan cepat yang juga tidak disadari, karena ada interaksi sosial antara kita yang tidak bertemu muka. Mereka bisa lewat WhatsApp atau media sosial. Artinya, ada pola interaksi yang sudah berubah. Selain itu kita tidak sadari peristiwa di sebuah kota yang tidak di Indonesia, di negara lain begitu cepatnya bisa kita terima," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, hal tersebut bisa positif dan bisa negatif jika tidak memiliki saringan yang baik. Dengan teknologi saat ini, orang di Indonesia bisa tahu apa yang terjadi di Hong Kong, seperti demo yang dilakukan setiap hari. Demikian pula peristiwa besar lainnya misalnya demo di Perancis dan di Inggris.
Menurut Jokowi, jika hal tersebut disadari maka masyarakat akan berhati-hati dalam bertutur kata, memberikan informasi sesuatu yang masih diragukan, menjaga etika, dan tata krama.
Baca juga: Jokowi janjikan 9 juta sertifikat tanah tuntas 2019
"Saya melihat sekarang ini, banyak sekali aksi kekerasan hampir di semua negara, yang duhulunya tidak pernah terjadi. Hal ini, karena pola interaksi yang sudah berubah dan tidak kita sadari," kata Jokowi.
Oleh karena itu, kata Jokowi membangun kasih sayang dan kehidupan kasih dimulai dari sebuah keluarga itu sangat penting dilakukan, dimana peran seorang bapak atau kepala keluarga sangat menentukan baik dalam melindungi maupun membimbing keluarganya.
"Kita tanpa kesadaran dan pemahaman bisa larut dalam arus global yang pengendaliannya sudah sangat sulit. Negara mengendalikan sudah sangat suliti. Dahulu koran bisa saja dikendalikan, jika tidak, akan diberedel, dan banyak negara yang melakukan itu. Sekarang yang memberedel Youtube siapa. yang memberedel WhatsApp siapa," kata Jokowi.
Rakyat Indonesia hidup dalam keberagaman, baik budaya, bahasa dan agama, ujarnya.
Baca juga: Mobil Esemka, Jokowi: Semua harus mendukung
"Saya sudah menjelajahi dari Sabang sampai Merauke, ada sebanyak 380 kabupaten/ kota sudah saya datangi, dan tinggal 130 daerah akan saya selesaikan. Jadi saya bisa merasakan Negara Indonesia itu," katanya.
Menurut Jokowi, keluarga yang dipenuhi dengan kasih dan sayang menjadi kunci, keluarga yang terbiasa dengan toleransi, membantu saudara, dan tetangganya.
"Jika saling menghina, memaki, dan menjelekkan itu bukan budaya Indonesia. Budaya Indonesia yang penuh kebersamaan, penuh toleransi, budaya yang penuh kegotong-royongan, terbiasa dengan saling memaafkan serta membuat negara ini bahagia," katanya.
Acara Konsultasi Nasional XIII 2019 itu juga dihadiri Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly, Wali Gubernur Jateng Taj Yasin, dan ratusan peserta Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI). *
Baca juga: Presiden resmikan pabrik mobil Esemka, 100 persen dimiliki swasta
"Saya mengajak membangun keluarga yang penuh kasih sayang, karena itu bagian menjaga dan merawat negara kita NKRI," kata Jokowi di sela membuka Konsultasi Nasional XIII 2019, Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI), di Hotel Sunan Solo, Jumat petang.
Jokowi mengatakan Negara Indonesia merupakan negara besar yang sering melupakan persoalan ini.
Baca juga: Jokowi: Tak perlu malu sertifikat untuk agunan
"Kita lihat sekarang, ada perubahan-perubahan cepat yang juga tidak disadari, karena ada interaksi sosial antara kita yang tidak bertemu muka. Mereka bisa lewat WhatsApp atau media sosial. Artinya, ada pola interaksi yang sudah berubah. Selain itu kita tidak sadari peristiwa di sebuah kota yang tidak di Indonesia, di negara lain begitu cepatnya bisa kita terima," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, hal tersebut bisa positif dan bisa negatif jika tidak memiliki saringan yang baik. Dengan teknologi saat ini, orang di Indonesia bisa tahu apa yang terjadi di Hong Kong, seperti demo yang dilakukan setiap hari. Demikian pula peristiwa besar lainnya misalnya demo di Perancis dan di Inggris.
Menurut Jokowi, jika hal tersebut disadari maka masyarakat akan berhati-hati dalam bertutur kata, memberikan informasi sesuatu yang masih diragukan, menjaga etika, dan tata krama.
Baca juga: Jokowi janjikan 9 juta sertifikat tanah tuntas 2019
"Saya melihat sekarang ini, banyak sekali aksi kekerasan hampir di semua negara, yang duhulunya tidak pernah terjadi. Hal ini, karena pola interaksi yang sudah berubah dan tidak kita sadari," kata Jokowi.
Oleh karena itu, kata Jokowi membangun kasih sayang dan kehidupan kasih dimulai dari sebuah keluarga itu sangat penting dilakukan, dimana peran seorang bapak atau kepala keluarga sangat menentukan baik dalam melindungi maupun membimbing keluarganya.
"Kita tanpa kesadaran dan pemahaman bisa larut dalam arus global yang pengendaliannya sudah sangat sulit. Negara mengendalikan sudah sangat suliti. Dahulu koran bisa saja dikendalikan, jika tidak, akan diberedel, dan banyak negara yang melakukan itu. Sekarang yang memberedel Youtube siapa. yang memberedel WhatsApp siapa," kata Jokowi.
Rakyat Indonesia hidup dalam keberagaman, baik budaya, bahasa dan agama, ujarnya.
Baca juga: Mobil Esemka, Jokowi: Semua harus mendukung
"Saya sudah menjelajahi dari Sabang sampai Merauke, ada sebanyak 380 kabupaten/ kota sudah saya datangi, dan tinggal 130 daerah akan saya selesaikan. Jadi saya bisa merasakan Negara Indonesia itu," katanya.
Menurut Jokowi, keluarga yang dipenuhi dengan kasih dan sayang menjadi kunci, keluarga yang terbiasa dengan toleransi, membantu saudara, dan tetangganya.
"Jika saling menghina, memaki, dan menjelekkan itu bukan budaya Indonesia. Budaya Indonesia yang penuh kebersamaan, penuh toleransi, budaya yang penuh kegotong-royongan, terbiasa dengan saling memaafkan serta membuat negara ini bahagia," katanya.
Acara Konsultasi Nasional XIII 2019 itu juga dihadiri Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly, Wali Gubernur Jateng Taj Yasin, dan ratusan peserta Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI). *
Baca juga: Presiden resmikan pabrik mobil Esemka, 100 persen dimiliki swasta