Jakarta, ANTARA JATENG - Teknologi jaringan 5G diperkirakan hadir secara global pada 2020, beberapa negara bahkan ingin mengadopsi lebih awal pada 2019.
Perusahaan platform mobile Qualcomm menilai Indonesia perlu memperhatikan tiga komponen agar dapat merealisasikan 5G.
"Saya rasa fokus utama ke ketersediaan spektrum, pastikan cukup," kata Direktur Senior dan Kepala Hubungan Pemerintahan Asia Tenggara, Taiwan dan Pasifik Qualcomm International Inc, Julie G. Welch, kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Untuk menuju spektrum yang memadai, pemerintah Indonesia dinilainya perlu membuat kebijakan yang sesuai untuk 5G dan spektrum.
Kepala Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong, menambahkan pemerintah perlu mengalokasikan spektrum untuk 5G karena persyaratan utama migrasi jaringan generasi terbaru itu adalah spektrum.
Kedua, pemerintah perlu menyiapkan regulasi teknologi terbaru karena selain kecepatan yang berbeda, 5G juga memiliki aspek yang berbeda dengan implementasi 4G.
Poin yang tidak kalah penting dalam menuju 5G adalah menciptakan ekosistem yang mendukung, misalnya mengenai ketersediaan perangkat.
Operator jaringan harus didukung supaya bisa memberikan pengalaman 5G, misalnya latensi rendah, kata Shannedy.
Teknologi 5G akan sangat terasa pada sektor industri perangkat terhubung internet alias internet of things (IoT) yang berpotensi untuk berkembang pesat pada era 5G.
Direktur Hubungan Pemerintahan Asia Tenggara Qualcomm, Nies Purwati, memperkirakan teknologi 5G yang dapat dipakai konsumen perlu waktu untuk dapat diadaptasi di Indonesia.
Operator di Indonesia perlu persiapan sehingga diperkirakan 5G untuk konsumen setelah tahun 2020.