Pengembangan Pariwisata Banyumas Perlu Libatkan Industri Kepariwisataan
Purwokerto, Antara Jateng - Industri atau dunia usaha di bidang kepariwisataan perlu dilibatkan dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kata anggota Komisi D DPRD Banyumas Didi Rudianto.
"Selama ini, banyak program kepariwisataan yang digagas Dinporabudpar (Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata) memang luar biasa namun sering kali tidak melibatkan banyak pihak. Partisipasi masyarakat, dunia usaha pariwisata, dan pelaku-pelaku wisata lainnya belum dilibatkan secara maksimal," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Ia mengharapkan dengan adanya elemen masyarakat dan dunia usaha kepariwisataan, ide-ide kreatif mengenai pengembangan pariwisata tidak hanya muncul dan ditangani satu-dua orang saja tetapi dari tim.
Dia mengatakan jika ide kreatif itu hanya ditangani oleh satu orang atau "one man show" tanpa melalui kajian, diskusi, dan sebagainya, tidak akan bisa mengangkat Banyumas secara umum.
"Contoh, acara 'Grebeg Suran Baturraden' kemarin, meskipun sudah puluhan tahun, gereget di masyarakat, gereget di media, maupun pelaku pariwisata belum terasa benar," kata dia yang juga Penasihat Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita)" Banyumas.
Menurut dia, hal itu disebabkan jadwal kegiatannya kadang-kadang tidak jelas.
Seharusnya, kata dia, acara semacam itu masuk ke dalam kalender kegiatan yang dikeluarkan oleh Dinporabudpar Banyumas.
"Selama ini, 'calendar event' yang dikeluarkan Dinporabudpar tidak pernah jelas," katanya.
Lebih lanjut, Didi mengatakan selama ini, wisatawan yang datang ke Banyumas juga kurang terjelaskan oleh promosi yang dilakukan Dinporabudpar.
Dia mencontohkan hingga saat ini, hotel-hotel di Banyumas belum diwajibkan menayangkan promo wisata melalui layar televisi di setiap kamar.
"Sebaiknya, begitu tamu hotel menyalakan televisi di kamarnya, pada kanal nomor 1 diisi dengan promosi pariwisata di Banyumas setelah penayangan promo hotel itu, seperti halnya kalau kita ke Bandung, Yogyakarta, Semarang, atau Bali," kata pemilik Biro Perjalanan Wisata "Rudiant Tour" itu.
Selain itu, kata dia, musik yang diputar di lobi hotel untuk menyambut tamu sebaiknya bernuansa Banyumas karena kadang kala ada yang memutar degung Sunda.
Bahkan, lanjut dia, ada juga yang memutar musik jazz untuk menyambut tamu.
Terkait hal itu, dia mengharapkan Dinporabudpar Banyumas turut melibatkan seluruh elemen yang bergerak di bidang kepariwisataan termasuk perhotelan dalam mengembangkan industri pariwisata di kabupaten itu.
"Selama ini, banyak program kepariwisataan yang digagas Dinporabudpar (Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata) memang luar biasa namun sering kali tidak melibatkan banyak pihak. Partisipasi masyarakat, dunia usaha pariwisata, dan pelaku-pelaku wisata lainnya belum dilibatkan secara maksimal," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Ia mengharapkan dengan adanya elemen masyarakat dan dunia usaha kepariwisataan, ide-ide kreatif mengenai pengembangan pariwisata tidak hanya muncul dan ditangani satu-dua orang saja tetapi dari tim.
Dia mengatakan jika ide kreatif itu hanya ditangani oleh satu orang atau "one man show" tanpa melalui kajian, diskusi, dan sebagainya, tidak akan bisa mengangkat Banyumas secara umum.
"Contoh, acara 'Grebeg Suran Baturraden' kemarin, meskipun sudah puluhan tahun, gereget di masyarakat, gereget di media, maupun pelaku pariwisata belum terasa benar," kata dia yang juga Penasihat Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita)" Banyumas.
Menurut dia, hal itu disebabkan jadwal kegiatannya kadang-kadang tidak jelas.
Seharusnya, kata dia, acara semacam itu masuk ke dalam kalender kegiatan yang dikeluarkan oleh Dinporabudpar Banyumas.
"Selama ini, 'calendar event' yang dikeluarkan Dinporabudpar tidak pernah jelas," katanya.
Lebih lanjut, Didi mengatakan selama ini, wisatawan yang datang ke Banyumas juga kurang terjelaskan oleh promosi yang dilakukan Dinporabudpar.
Dia mencontohkan hingga saat ini, hotel-hotel di Banyumas belum diwajibkan menayangkan promo wisata melalui layar televisi di setiap kamar.
"Sebaiknya, begitu tamu hotel menyalakan televisi di kamarnya, pada kanal nomor 1 diisi dengan promosi pariwisata di Banyumas setelah penayangan promo hotel itu, seperti halnya kalau kita ke Bandung, Yogyakarta, Semarang, atau Bali," kata pemilik Biro Perjalanan Wisata "Rudiant Tour" itu.
Selain itu, kata dia, musik yang diputar di lobi hotel untuk menyambut tamu sebaiknya bernuansa Banyumas karena kadang kala ada yang memutar degung Sunda.
Bahkan, lanjut dia, ada juga yang memutar musik jazz untuk menyambut tamu.
Terkait hal itu, dia mengharapkan Dinporabudpar Banyumas turut melibatkan seluruh elemen yang bergerak di bidang kepariwisataan termasuk perhotelan dalam mengembangkan industri pariwisata di kabupaten itu.