Nila Moeloek imbau Pelestarian Hutan Bakau di Pesisir Bisa Tanggulangi Malaria
Bengkulu, Bengkulu, Antara Jateng - Menteri Kesehatan, Nila Moeloek,
mengatakan salah satu cara menanggulangi penularan malaria adalah
melestarikan ekosistem hutan bakau di pesisir sebagai "rumah" nyamuk Anopheles aegyptii, pembawa virus malaria.
"Kalau rumahnya terganggu maka nyamuk Anopheles akan pindah ke permukiman warga, karena itu lestarikan mangrove," kata Moeloek, saat menghadiri peringatan Hari Malaria Sedunia, di Kabupaten Seluma, Bengkulu, Senin.
Pelestarian lingkungan termasuk ekosistem hutan bakau yang tumbuh di pesisir harus dijaga untuk mengendalikan penyakit malaria.
Mengendalikan malaria, kata dia, sangat berkorelasi dengan kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan tubuh. "Nyamuk sekecil itu bisa menyebabkan kematian karena itu kita harus menjaga kebersihan dan stamina tubuh," ucapnya.
Dia juga mengingatkan warga menggunakan kelambu saat tidur sebab nyamuk Anopheles aegyptii menusuk dan menghisap darah manusia saat malam hari.
Karena itu, pembagian kelambu kepada warga kata dia, merupakan salah satu fokus program Kementerian Kesehatan untuk mengendalikan malaria.
Puncak Hari Malaria Sedunia diisi berbagai kegiatan. Mulai pemeriksaan massal darah dan pembagian obat malaria, serta pembagian dan pemasangan kelambu kepada warga.
Menkes dalam kesempatan itu juga menyerahkan sertifikat eliminasi malaria kepada kepala daerah enam kabupaten dan kota yakni Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Buol, Sigi, Buton Utara, dan Bau-bau.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Mohamad Subuh, menyebutkan, saat ini dari 514 kabupaten kota, 232 kabupaten dan kota yang bertatus eliminasi malaria.
Masih ada lima provinsi yang merupakan endemis tertinggi malaria yakni Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara di Bengkulu, dari 10 kabupaten dan kota, tiga kabupaten bebas malaria yakni Kabupaten Rejanglebong, Lebong dan Kepahiang.
Sedangkan tujuh kabupaten dan kota lainnya yakni Mukomuko, Bengkulu Utara, Seluma, Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan dan Kaur masih berstatus pengendalian intensifikasi atau berada pada posisi endemisitas malaria sedang.
"Kalau rumahnya terganggu maka nyamuk Anopheles akan pindah ke permukiman warga, karena itu lestarikan mangrove," kata Moeloek, saat menghadiri peringatan Hari Malaria Sedunia, di Kabupaten Seluma, Bengkulu, Senin.
Pelestarian lingkungan termasuk ekosistem hutan bakau yang tumbuh di pesisir harus dijaga untuk mengendalikan penyakit malaria.
Mengendalikan malaria, kata dia, sangat berkorelasi dengan kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan tubuh. "Nyamuk sekecil itu bisa menyebabkan kematian karena itu kita harus menjaga kebersihan dan stamina tubuh," ucapnya.
Dia juga mengingatkan warga menggunakan kelambu saat tidur sebab nyamuk Anopheles aegyptii menusuk dan menghisap darah manusia saat malam hari.
Karena itu, pembagian kelambu kepada warga kata dia, merupakan salah satu fokus program Kementerian Kesehatan untuk mengendalikan malaria.
Puncak Hari Malaria Sedunia diisi berbagai kegiatan. Mulai pemeriksaan massal darah dan pembagian obat malaria, serta pembagian dan pemasangan kelambu kepada warga.
Menkes dalam kesempatan itu juga menyerahkan sertifikat eliminasi malaria kepada kepala daerah enam kabupaten dan kota yakni Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Buol, Sigi, Buton Utara, dan Bau-bau.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Mohamad Subuh, menyebutkan, saat ini dari 514 kabupaten kota, 232 kabupaten dan kota yang bertatus eliminasi malaria.
Masih ada lima provinsi yang merupakan endemis tertinggi malaria yakni Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara di Bengkulu, dari 10 kabupaten dan kota, tiga kabupaten bebas malaria yakni Kabupaten Rejanglebong, Lebong dan Kepahiang.
Sedangkan tujuh kabupaten dan kota lainnya yakni Mukomuko, Bengkulu Utara, Seluma, Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan dan Kaur masih berstatus pengendalian intensifikasi atau berada pada posisi endemisitas malaria sedang.