Wajahnya tampak berseri-seri karena bisa menangkap ikan untuk dijual guna memenuhi kebutuhan keluarganya setelah sekian lama tidak melaut karena musim paceklik yang diperparah dengan cuaca buruk di perairan selatan Jawa Tengah.
"Saya mulai pergi melaut sejak Minggu (6/9), hasilnya lumayan. Saat ini sedang banyak ikan karena telah memasuki musim panen," katanya.
Ia mengatakan bahwa musim panen bagi nelayan di Cilacap berbarengan dengan musim angin timuran.
Nelayan Cilacap akan pergi melaut setelah melewati puncak musim angin timuran yang biasa terjadi pada Agustus karena selain belum banyak ikan, di perairan selatan Jateng terjadi gelombang tinggi sehingga berbahaya bagi perahu berukuran kecil.
Setelah puncak musim angin timuran berlalu, berbagai jenis ikan akan bermunculan di perairan selatan Jateng dan di saat itulah nelayan Cilacap memasuki musim panen.
Sudi mengatakan bahwa saat ini, beberapa jenis ikan yang telah muncul di perairan selatan Jateng di antaranya tuna, cakalang, tengiri, salmon, marlin, tongkol, dan cumi-cumi.
"Sekarang ikan pari sedang banyak. Saya setiap harinya bisa mendapatkan sedikitnya 15 ekor ikan pari dengan berat bervariasi, berkisar 5-25 kilogram," katanya.
Menurut dia, ikan-ikan pari itu dijual dengan harga Rp25 ribu per kilogram.
Dia mengharapkan musim panen ikan berlangsung panjang sehingga nelayan bisa menikmati hasil secara maksimal.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Indon Tjahjono mengakui jika saat ini nelayan tradisional di Cilacap telah berangkat melaut karena musim panen sudah tiba.
Dia mengharapkan hasil panen ikan yang ditangkap nelayan Cilacap bisa lebih bagus dibanding musim panen sebelumnya karena waktu itu datangnya musim hujan berlangsung normal.
"Di sisi lain, kalau musim kemaraunya panjang, kasihan juga petani dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan kekeringan. Namun Gusti Allah mengaturnya seperti itu," katanya.
Akan tetapi jika musim hujan datang lebih cepat, kata dia, nelayan tidak bisa menikmati panen ubur-ubur karena biota laut yang biasa digunakan obat-obatan dan kosmetik akan segera menghilang kalau ada hujan.
Sementara itu, Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo, Cilacap, Untung Jayanto mengatakan bahwa aktivitas pelelangan di delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola KUD Mino Saroyo mulai bergairah seiring dengan datangnya musim panen.
"Mudah-mudahan akan terus meningkat dan semoga nilai transaksi pelelangan ikan pada bulan September bisa lebih tinggi dari bulan Agustus," katanya.
Meskipun volume produksi pada bulan Agustus 2015 belum selesai direkap, dia mengatakan nilai transaksi pelelangan ikan dari delapan TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo mencapai kisaran Rp9 miliar.
Sementara untuk volume produksi pada bulan Juni 2015, kata dia, sebesar 457.827,60 kilogram sedangkan bulan Juli sebanyak 196.576,60 kilogram.
Menurut dia, volume produksi pada bulan Juni dan Juli tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama pada tahun 2014.
Ia mengatakan bahwa peningkatan produksi ikan tersebut tidak lepas dari kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait penanganan kasus pencurian ikan.
"Alhamdulillah dengan adanya kebijakan dari Ibu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, red.) mengenai penanganan 'illegal fishing', mudah-mudahan tidak ada lagi pencurian ikan," katanya.
Menurut dia, penanganan terhadap kasus pencurian ikan di laut lepas tersebut turut berdampak pada peningkatan hasil tangkapan nelayan yang dijual di berbagai tempat pelelangan ikan (TPI) di Cilacap, delapan TPI di antaranya dikelola KUD Mino Saroyo.
Oleh karena itu, dia mengharapkan penanganan terhadap pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia rutin digalakkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Kalau enggak rutin, ya kita enggak tahu (ada pencurian ikan) karena di laut lepas," katanya.
Lebih lanjut, Untung mengakui bahwa berbagai jenis ikan telah bermunculan di perairan selatan Jateng pada awal musim panen di antaranya tongkol dan tuna.
"Ubur-ubur sudah mulai bermunculan namun belum ada pembelinya sehingga nelayan belum mengambil," katanya.
Salah seorang pedagang ikan, Sirun mengatakan bahwa hasil tangkapan nelayan berupa ikan sudah mulai melimpah dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan, kata dia, hasil tangkapan nelayan Cilacap pada awal musim panen kali ini jauh lebih besar dibanding musim panen sebelumnya.
"Ikan-ikan yang saya beli nantinya akan saya jual kembali ke pedagang-pedagang kecil tapi kalau kualitasnya bagus, akan saya jual ke eksportir," katanya.
Menurut dia, harga jual cumi-cumi saat ini mencapai Rp15 ribu per kilogram sedangkan tongkol Rp13 ribu per kilogram dan tuna kualitas ekspor mencapai Rp80 ribu per kilogram.
Diversifikasi Produk
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Pengelola Sumber Daya Kawasan Segara Anakan (DKPPSDKSA) Kabupaten Cilacap Supriyanto mengakui bahwa saat ini nelayan setempat telah memasuki musim panen.
"Minggu ini merupakan awal panen. Tampaknya ini peluang yang bagus bagi para nelayan," katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui DKPPSDKSA mengajak nelayan untuk melakukan diversifikasi produk guna meningkatkan pendapatan.
Selain itu, dia mengimbau nelayan Cilacap untuk memiliki usaha sampingan sehingga tidak terlalu mengandalkan pendapatan dari hasil melaut.
"Beberapa waktu lalu, kami sudah melatih beberapa istri nelayan dan anak perempuannya untuk mencari alternatif mata pencaharian," katanya.
Ia mengharapkan para istri dan anak-anak nelayan bisa menjadi subtitusi untuk meningkatkan pendapatan keluarga dengan melakukan diversifikasi produk seperti olahan ikan hasil tangkapan dan usaha lainnya.
Menurut dia, pihaknya juga memberdayakan kelompok usaha bersama (KUB) yang sudah terbentuk di beberapa wilayah minapolitan.
"Kami sudah bantu dari sisi permodalan termasuk dari sisi olahan. Kami berharap ke depan, nelayan itu selain sumber mata pencahariannya dari perikanan tangkap, produk-produk olahan juga jadi unggulan," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, produk olahan ikan tersebut di antaranya "nuggets", abon, dan sebagainya.