Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur Bambang Irianto mengatakan, sekitar 200 pengunjung dilibatkan dalam simulasi tanggap bencana Candi Borobudur yang diselenggarakan oleh Balai Konservasi Borobudur bekerja sama dengan Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
"Pengunjung yang terlibat simulasi tersebut tidak dikenakan tiket masuk dan mereka diberi topi sebagai tanda peserta simulasi," katanya.
Ia mengatakan, keikutsertaan mereka secara suka rela, bagi pengunjung yang tidak mengikuti maka dapat menunggu di luar selama simulasi berlangsung.
Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo mengatakan, simulasi tanggap bencana pada cagar budaya di Candi Borobudur merupakan upaya bersama melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat agar selalu siap menghadapi bencana erupsi Merapi yang selalu mengancam Candi Borobudur.
Ia mengatakan, dengan adanya sumber daya manusia yang terlatih dalam menangani Candi Borobudur jika dalam kondisi bencana maka akan semakin mengurangi dampak bencana yang terjadi.
Marsis menuturkan, simulasi tanggap bencana pada cagar budaya ini baru pertama kali diadakan di Indonesia, yang kali ini diikuti para peserta bimbingan teknis manajemen penanggulangan bencana pada cagar budaya dari seluruh Indonesia.
"Diharapkan para peserta bimbingan teknis yang sudah mengikuti simulasi tanggap bencana di Candi Borobudur dapat mengembangkan di daerah masing-masing sesuai dengan potensi ancaman bencana yang ada di setiap daerah.
Peneliti Senior Pusat Studi Bencana Alam UGM Prof Dr HA Sudibyakto MS mengatakan, simulasi tanggap bencana di Candi Borobudur atas ancaman abu vulkanik dari erupsi Merapi sangat penting untuk dilakukan.
"Berkaca dari pengalaman erupsi tahun 2010, simulasi ini selain dapat menyelamatkan kerusakan bangunan candi juga dapat mengurangi risiko bagi penduduk sekitar dan wisatawan yang sedang berkunjung di Candi Borobudur," katanya.
Skenario simulasi dengan jumlah peserta keseluruhan sekitar 350 orang tersebut diawali Balai Konservasi Borobudur menerima informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang bahwa status Gunung Merapi naik menjadi "awas".
Kepala balai Konservasi Borobudur yang bertindak sebagai komandan tim tanggap darurat bencana memerintahkan tim tanggap bencana untuk menyiapkan diri dan melakukan evakuasi terhadap pengunjung.
Selain itu, regu penanganan stupa segera memasang "cover" stupa sedangkan regu pemetaan mulai memetakan lokasi pengunjung secara bergantian.
Ketika diumumkan terjadi erupsi Gunung Merapi dan angin mengarah ke barat kemungkinan membawa abu erupsi ke candi Borobudur maka pengunjung dievakuasi, beberapa pengunjung terlihat dievakuasi dengan tandu karena sakit. Ambulans telah disiapkan di dekat tangga candi untuk membantu evakuasi pengunjung yang terluka.