Semarang (ANTARA) - Muhammadiyah berikhtiar memperkuat kembali masjidnya sebagai sebagai pusat dakwah, ibadah, serta pemberdayaan masyarakat.
Back to Masjid menjadi tajuk gerakan Muhammadiyah untuk memakmurkan masjid oleh para pengurus dan kadernya. Ormas Islam terbesar kedua di Indonesia tersebut tak hanya ingin dikenal terampil mengelola amal usaha pendidikan dan kesehatan.
"Di zaman Rasulullah, masjid memiliki peran yang jauh lebih luas dan sentral. Tak hanya terbatas sebagai tempat ibadah ritual, namun menjadi jantung komunitas muslim yang memainkan berbagai peran penting," ujar Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang Dr. K.H. Fachrur Rozi, M.Ag., dalam keterangan persnya didampingi Wakil Ketua PDM Prof. Dr. Ahwan Fanani, M.Ag, di sela-sela halalbihalal PDM Kota Semarang, Jumat (18/4/2025).
Kegiatan yang berlangsung di Masjid At Taqwa Ngaliyan, Wates, Kota Semarang tersebut dihadiri sekitar 700 pengurus Muhammadiyah, Aisyiyah, dan organisasi otonomnya se-Kota Semarang. Halalbihalal juga dihadiri Wakil Wali Kota Semarang Ir. H. Iswar Aminuddin, M.T.
Masjid, lanjut Fachrur Rozi, pada era Rasulullah menjadi pusat kehidupan yang multidimensional. Ia mencakup aspek ibadah, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, dan bahkan pertahanan. "Semua masalah kemasyarakatan bahkan kebangsaan bisa diselesaikan di masjid," ujar dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo, Semarang itu.
Oleh karena itu, momentum halalbihalal PDM Kota Semarang kali ini sengaja mengambil tempat di masjid. Hal ini sebagai upaya menggelorakan kembali ruh gerakan back to masjid khususnya di kalangan pengurus dan kader Muhammadiyah.
"Masjid harus menjadi pusat ideologisasi kader Muhammadiyah yang taat ibadahnya sekaligus tangkas gerakannya sebagai problem solver masalah umat," tekad Fachrur Rozi.
Saat ini, Muhammadiyah secara legal formal mempunyai 32 masjid dan musala di Kota Semarang. Masjid dan musala itu merupakan wakaf atau resmi tercatat sebagai aset Muhammadiyah. Atribut masjid secara jelas mencerminkan identitas Muhammadiyah dan pengurusnya juga mendapatkan surat keputusan (SK) pengangkatan secara resmi dari pimpinan Muhammadiyah di tingkat yang sesuai, jelasnya.
"Jumlahnya hanya sekitar 2 persen dari total 1.522 masjid di Kota Semarang (sensus BPS tahun 2023). Jumlah yang kecil memang. Namun dari jumlah yang kecil itu kami bertekad membawa perubahan yang besar di masyarakat," ujar dai kondang Semarang yang dikenal jenaka ketika berceramah itu.
Dibandingkan masjid, jumlah sekolah Muhammadiyah sampai tahun 2025 ini tercatat jauh lebih banyak. Ada 84 sekolah milik Muhammadiyah di Kota Semarang. Rinciannya yakni: 52 TK, 17 SD Muhamnmadiyah, 1 SD Aisyiyah,1 Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, 9 SMP, 2 SMA, dan 2 SMK.

Sementara di bidang kesehatan, Muhammadiyah Kota Semarang mempunyai 2 rumah sakit besar (RS Roemani dan RS Unimus) dan 2 klinik, tuturnya.
Masjid unggulan
Prof. Dr. Ahwan Fanani, M.Ag, menambahkan, peran masjid saat ini menjadi sorotan penting di Muhammadiyah. Para kader persyarikatan didorong untuk memakmurkan masjid di lingkungannya masing-masing.
"Kader Muhammadiyah dituntut tidak hanya giat dalam konteks ibadah ritual, tapi juga aktif memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan," tegas Ahwan yang juga Ketua Takmir Masjid At Taqwa Ngaliyan.
Kontribusi Muhammadiyah
Sementara itu, Wakil Wali Kota Semarang, Ir. H. Iswar Aminuddin, M.T., mengapresiasi kontribusi Muhammadiyah dalam memajukan Kota Semarang.
Ia menyebut keberadaan Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Muhammadiyah yang selama ini telah menjadi mitra strategis pemerintah. Peran Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” tuturnya dalam sambutan tertulis mewakili Wali Kota Semarang.