Petani di Sukoharjo maksimalkan lahan kemarau dengan tanam palawija
Sukoharjo (ANTARA) - Para petani di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, memaksimalkan musim kemarau dengan menanam sejumlah tanaman palawija.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo Hadi Pramono di Sukoharjo, Jawa Tengah, Ahad, mengatakan hingga Agustus, seluas 12.964 hektar lahan ditanami padi maupun palawija.
Dari total lahan pertanian tersebut, 1.325 hektar digunakan untuk tanaman palawija. Meski demikian, luas lahan untuk tanaman padi masih lebih banyak, yakni 11.639 hektar.
Ia mengatakan untuk pengairan lahan palawija, para petani memanfaatkan sistem pompanisasi bantuan Kementerian Pertanian.
Namun, banyak juga petani yang menggunakan Bendung Colo atau Dam Colo. Menurut Hadi, keberadaan air permukaan seperti waduk, embung, dan sungai membantu para petani untuk mengairi lahan mereka.
Ia mengatakan air permukaan tersebut dialirkan ke lahan pertanian dengan menggunakan pompa atau diesel.
Mengenai pemanfaatan air Dam Colo, dikatakannya, sudah dijadwal agar merata di desa-desa.
"Jadi masing-masing desa dua kali mengalirkan. Mereka menggunakan sistem pompanisasi," katanya.
Selain memanfaatkan air permukaan, dikatakannya, sebagian petani juga memanfaatkan air sumur dalam.*
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo Hadi Pramono di Sukoharjo, Jawa Tengah, Ahad, mengatakan hingga Agustus, seluas 12.964 hektar lahan ditanami padi maupun palawija.
Dari total lahan pertanian tersebut, 1.325 hektar digunakan untuk tanaman palawija. Meski demikian, luas lahan untuk tanaman padi masih lebih banyak, yakni 11.639 hektar.
Ia mengatakan untuk pengairan lahan palawija, para petani memanfaatkan sistem pompanisasi bantuan Kementerian Pertanian.
Namun, banyak juga petani yang menggunakan Bendung Colo atau Dam Colo. Menurut Hadi, keberadaan air permukaan seperti waduk, embung, dan sungai membantu para petani untuk mengairi lahan mereka.
Ia mengatakan air permukaan tersebut dialirkan ke lahan pertanian dengan menggunakan pompa atau diesel.
Mengenai pemanfaatan air Dam Colo, dikatakannya, sudah dijadwal agar merata di desa-desa.
"Jadi masing-masing desa dua kali mengalirkan. Mereka menggunakan sistem pompanisasi," katanya.
Selain memanfaatkan air permukaan, dikatakannya, sebagian petani juga memanfaatkan air sumur dalam.*