Kudus (ANTARA) - Perayaan Syawalan sebagai bentuk rasa syukur warga setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diwarnai dengan Parade Seribu Ketupat pada Senin.
Sebanyak 23 gunungan yang terdiri atas susunan ketupat yang totalnya 1.000-an buah dan ratusan lepat (jenis makanan dari ketan) diarak dari rumah kepala desa setempat sekitar pukul 07.00 WIB menuju Masjid Sunan Muria.
Selanjutnya dilakukan ritual ziarah ke Makam Sunan Muria, dilanjutkan dengan minum air dan cuci kaki serta tangan dengan air dari gentong peninggalan Sunan Muria dan dilanjutkan dengan penyerahan Kupat Gunung dari Ketua Yayasan Makam Sunan Muria kepada rombongan.
Dengan dipimpin oleh tokoh ulama setempat, ratusan warga yang ikut arak-arakan membacakan tahlil dan doa bersama, kemudian melakukan kirab ketupat dari masjid menuju Taman Ria Colo yang berjarak sekitar satu kilometer dari makam.
Bupati Kudus Sam'ani Intakoris di Kudus mengapresiasi penyelenggaraan Parade Sewu Kupat Muria yang terus digelar setiap tahun. "Kami juga berencana mencatatkan tradisi budaya ini ke Rekor MURI di tahun mendatang," ujarnya.
Menurut dia, Parade Sewu Kupat Muria ini sebagai atraksi wisata di Kabupaten Kudus yang bisa menarik perhatian wisatawan untuk berdatangan. Selain itu kegiatan kali ini juga sebagai bentuk pelestarian tradisi dan budaya di Kudus.
"Tradisi seribu ketupat yang dikemas dalam sebuah parade juga sebagai refleksi dan bentuk rasa syukur masyarakat," ujarnya.
Sementara Anggota DPR RI Musthofa yang juga penggagas Sewu Kupat sejak 2007 mengapresiasi atas kekompakan berbagai pihak yang sudah melaksanakan tradisi ini.
Apalagi, kata dia, Parade Sewu Kupat Muria ini memiliki makna senada dengan Kabupaten Kudus yang dikenal dengan kota religius. "Sehingga di momen Idul Fitri ini, Sewu Kupat juga menjadi ajang silaturahmi berbagai elemen masyarakat dan membentuk karakter yang baik," ujarnya.
Ia bersyukur secara konsisten masyarakat tetap kompak mengadakan tradisi Sewu Kupat ini. Diharapkan agar tradisi ini bisa terus dilaksanakan dan sebagai bentuk mengharap berkah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Mutrikah mengungkapkan pihaknya akan menyusun konsep untuk merealisasikan Parade Sewu Kupat Muria tercatatkan di Rekor MURI pada tahun 2026.
Hal ini, kata dia, merupakan tindak lanjut dari rencana Bupati Kudus Sam'ani Intakoris dan Wakil Bupati Kudus Bellinda Birton yang ingin mencatatkan Parade Sewu Kupat Muria ke Rekor MURI.
"Kami akan berkomunikasi dengan masyarakat, pemangku kepentingan agar seribu kupat ini bisa tercatat di rekor MURI. Pertama kami buat konsepnya dulu, lalu kami koordinasikan lebih lanjut," ujarnya.
Menurut dia, keunikan Parade Sewu Kupat Muria memiliki daya tarik tersendiri. Sehingga untuk merealisasikan Parade Sewu Kupat tercatat dalam rekor Muri bisa dengan berbagai opsi.
"Kami mencoba melihat, bagaimana jika selain di kirab, gunungan kupat lepet dan hasil bumi dalam Parade Sewu Kupat ini, bisa ditata rapi di sepanjang jalan arah makam Sunan Muria menuju ke Taman Ria," ujarnya.
Apalagi, sambung dia, potensi pemandangan lereng Gunung Muria yang khas semakin melengkapi keindahan prosesi Parade Sewu Kupat Muria.
"Kudus punya Sunan Muria, pemandangan alam Gunung Muria, dan jalan berkelok yang tidak ditemukan di daerah lain, ketika dipadupadankan dengan Parade Sewu Kupat Muria. Ini akan menjadi sesuatu yang sangat unik," ujarnya.
Baca juga: Pura Mangkunegaran libatkan masyarakat dalam acara Syawalan