Dokter: Konsumsi obat tanpa resep tingkatkan risiko gagal ginjal
Semarang (ANTARA) - Direktur Utama Rumah Sakit Telogorejo Semarang dr Alice Sutedjo Lisa mengingatkan risiko tinggi penyakit gagal ginjal akibat mengonsumsi obat tanpa resep dokter.
"Minum obat tanpa resep dokter. Memang sembuh, tapi apakah terpikirkan risikonya di kemudian hari," kata Alice saat peresmian unit Dialisis Rumah Sakit Telogorejo Semarang di Semarang, Kamis.
Menurut dia, RS Telogorejo juga menangani pasien gagal ginjal akibat mengonsumsi obat pelangsing tanpa konsultasi dokter.
Ia menyebutkan pola hidup masyarakat saat ini berisiko meningkatkan terjadinya risiko gagal ginjal.
Selain itu, lanjut dia, rentang usia pasien gagal ginjal dimulai dari 17 tahun hingga lanjut usia.
"Untuk yang usia muda ini biasanya akibat faktor keturunan," katanya.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan deteksi dini gagal ginjal, misalnya untuk penderita hipertensi atau kencing manis.
Wajah baru unit dialisis RS Telogorejo, menurut dia, dilengkapi dengan peralatan yang bisa menangani 30 pasien sekaligus.
"Kalau memang dibutuhkan bisa ditingkatkan menjadi 37 pasien," katanya.
Ia menjelaskan, ukuran ruangan yang lebih besar dan peralatan yang lebih memadai diharapkan akan meningkatkan semangat dan harapan pasien.
Alice Sutedjo Lisa mengungkapkan sekitar 95 persen pasien yang menjalani perawatan di unit hemodialisa di RS Telogorejo ini merupakan pasien BPJS.
Ia juga memastikan tidak ada perbedaan pelayanan terhadap pasien BPJS maupun pasien mandiri.
"Dengan wajah baru unit Dialisis ini diharapkan RS Telogorejo akan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, mengingat kasus ginjal ini bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dan langsung sembuh," katanya.
Lisa menambahkan dibutuhkan pelayanan yang terus menerus agar pasien memperoleh kualitas hidup lebih baik.
Baca juga: Semarang waspadai lonjakan kasus diare
"Minum obat tanpa resep dokter. Memang sembuh, tapi apakah terpikirkan risikonya di kemudian hari," kata Alice saat peresmian unit Dialisis Rumah Sakit Telogorejo Semarang di Semarang, Kamis.
Menurut dia, RS Telogorejo juga menangani pasien gagal ginjal akibat mengonsumsi obat pelangsing tanpa konsultasi dokter.
Ia menyebutkan pola hidup masyarakat saat ini berisiko meningkatkan terjadinya risiko gagal ginjal.
Selain itu, lanjut dia, rentang usia pasien gagal ginjal dimulai dari 17 tahun hingga lanjut usia.
"Untuk yang usia muda ini biasanya akibat faktor keturunan," katanya.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan deteksi dini gagal ginjal, misalnya untuk penderita hipertensi atau kencing manis.
Wajah baru unit dialisis RS Telogorejo, menurut dia, dilengkapi dengan peralatan yang bisa menangani 30 pasien sekaligus.
"Kalau memang dibutuhkan bisa ditingkatkan menjadi 37 pasien," katanya.
Ia menjelaskan, ukuran ruangan yang lebih besar dan peralatan yang lebih memadai diharapkan akan meningkatkan semangat dan harapan pasien.
Alice Sutedjo Lisa mengungkapkan sekitar 95 persen pasien yang menjalani perawatan di unit hemodialisa di RS Telogorejo ini merupakan pasien BPJS.
Ia juga memastikan tidak ada perbedaan pelayanan terhadap pasien BPJS maupun pasien mandiri.
"Dengan wajah baru unit Dialisis ini diharapkan RS Telogorejo akan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, mengingat kasus ginjal ini bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dan langsung sembuh," katanya.
Lisa menambahkan dibutuhkan pelayanan yang terus menerus agar pasien memperoleh kualitas hidup lebih baik.
Baca juga: Semarang waspadai lonjakan kasus diare