Purwokerto (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, belum diketahui secara pasti kapan berakhirnya.
Bahkan, berbagai dampak yang terjadi akibat pandemi COVID-19 pun telah banyak bermunculan dan dirasakan masyarakat.
Tidak sedikit masyarakat yang harus rela dirumahkan maupun di-PHK karena perusahaan tempatnya bekerja tidak mampu beroperasi akibat pandemi COVID-19.
Di sisi lain, lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir mengakibatkan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit meningkat. Demikian pula dengan warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing mengalami peningkatan drastis.
Kondisi tersebut juga terjadi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, karena berdasarkan data yang disajikan laman covid19.banyumaskab.go.id per tanggal 2 Agustus 2021, pukul 12.08 WIB, tercatat sebanyak 3.146 orang yang terkonfirmasi positif (kasus positif aktif, red.) terdiri atas 1.184 orang yang dirawat di rumah sakit dan 1.962 orang yang menjalani isolasi mandiri.
Sementara sejak terjadinya pandemi hingga sekarang, di Kabupaten Banyumas tercatat sebanyak 22.718 orang yang terkonfirmasi positif, sebanyak 18.983 orang (84 persen) di antaranya dinyatakan sembuh dan 589 orang (tiga persen) meninggal dunia.
Berbagai dampak yang terjadi akibat pandemi itupun menggugah empati sebagian masyarakat Banyumas untuk membantu warga yang terdampak maupun terkena COVID-19.
Mereka pun bergotong royong untuk mengumpulkan donasi guna disalurkan kepada warga yang terdampak maupun terkena COVID-19 di Kabupaten Banyumas, seperti yang dilakukan Forum Masyarakat Banyumas Melawan COVID-19 (FMBMC).
Salah satu inisiator FMBMC, Aan Rohaeni, mengatakan terbentuknya forum tersebut dilatarbelakangi keinginan untuk mengajak berbagai komunitas dan organisasi kemasyarakatan yang ada di Banyumas untuk bersama-sama membantu pemerintah dalam menangani COVID-19.
"Kami perlu menyatakan sikap dan dukungan kita kepada pemerintah dan TNI/Polri dalam menangani pandemi COVID-19 meskipun saat melakukan kerja sosialnya, kebanyakan menggunakan lembaga masing-masing," katanya.
Selain itu, FMBMC terus berupaya mengedukasi masyarakat untuk tetap patuh terhadap protokol kesehatan, termasuk pembatasan aktivitas sebagai upaya menekan penularan COVID-19.
"Yang kami tekankan, kalau masyarakat Banyumas 'eyel' (bandel, red.) tidak mau taat prokes, terus sakit pada saat bersamaan, rumah sakit tidak akan mampu menampung. Kami paham jika masyarakat juga butuh makan dan segala macam," katanya menjelaskan.
Oleh karena itu, pihaknya menginisiasi terbentuknya FMBMC untuk menjembatani penyaluran bantuan bagi warga yang terdampak maupun terkena COVID-19 melalui TNI/Polri agar tepat sasaran.
Hal itu dilakukan karena TNI/Polri memiliki basis data warga yang terdampak maupun terkena COVID-19 termasuk warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Basis data tersebut dihimpun oleh anggota babinsa/bhabinkamtibmas yang bertugas di desa-desa.
"Selain menyalurkan bantuan berupa paket sembako dan obat-obatan, kami juga menyalurkan bantuan berupa nasi kotak, seperti yang dilakukan kantor saya setiap hari Jumat. Memang sih, idealnya bantuan yang diberikan berupa paket sembako karena dapat digunakan untuk beberapa hari," kata Aan yang berasal dari Kantor Advokat Aan Rohaeni dan Rekan.
Kendati demikian, dia mengharapkan penyaluran bantuan berupa nasi kotak yang melibatkan anggota Polresta Banyumas itu bermanfaat bagi warga yang belum sempat memasak makanan.
Wakil Ketua Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) Kabupaten Banyumas Nur Fauzi mengaku terlibat dalam FMBMC sebagai upaya menggandeng berbagai komunitas untuk bersama-sama membantu pemerintah menangani pandemi COVID-19.
"Di samping menyalurkan bantuan obat-obatan dan paket sembako, kami juga memberikan edukasi kepada tokoh agama maupun tokoh masyarakat terkait dengan upaya penanganan dan pencegahan COVID-19 di Banyumas. Kegiatan ini juga terus dilakukan oleh masing-masing individu maupun komunitas yang tergabung dalam FMBMC," katanya.
Selain FMBMC, kepedulian terhadap warga yang terdampak maupun terkena COVID-19 juga diwujudkan oleh Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPC Hipmi) Kabupaten Banyumas melalui program Hipmi Peduli.
Ketua Hipmi Peduli Brili Agung mengatakan pandemi COVID-19 yang belum juga berakhir dan adanya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) telah berdampak terhadap berbagai sektor kehidupan.
Oleh karena itu, BPC Hipmi Banyumas melaksanakan kegiatan pembagian paket sembako untuk membantu warga yang terdampak COVID-19 dan PPKM di 27 kecamatan se-Kabupaten Banyumas khususnya bagi warga duafa yang menjalani isolasi mandiri.
Menurut dia, kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap, yakni tahap pertama di Kecamatan Ajibarang pada 16 Juli 2021, tahap kedua di Kecamatan Sumbang pada 31 Juli 2021, dan menyusul tahap-tahap berikutnya.
Kendati demikian, dia mengakui adanya sedikit perubahan sasaran dalam penyaluran bantuan tahap kedua. Jika dalam tahap pertama diprioritaskan untuk warga duafa yang menjalani isolasi mandiri, namun dalam tahap kedua menyasar petugas pemakaman dan relawan sopir ambulans yang tidak mendapatkan insentif.
"Tentunya kami juga menyasar warga lansia tanpa keluarga, janda yang tinggal sebatang kara, dan warga duafa. Namun sebelum bantuan tersebut disalurkan, kami terlebih dahulu menyisir satu per satu calon penerima manfaat berdasarkan data yang peroleh dari instansi terkait. Itu kami lakukan agar bantuan tersebut benar-benar tepat sasaran," katanya menjelaskan.
Apa yang dilakukan oleh FMBMC beserta komunitas-komunitas yang ada di dalamnya maupun program Hipmi Peduli hanyalah sebagian kecil contoh kepedulian kelompok masyarakat terhadap warga yang terdampak maupun terkena COVID-19. Masih banyak kelompok masyarakat lainnya yang berupaya menunjukkan empatinya di tengah pandemi, baik yang dilakukan secara individual maupun berkelompok.
Meskipun pandemi COVID-19 merupakan musibah yang belum diketahui kapan berakhirnya, secara berlahan dan pasti masyarakat mulai mengambil hikmahnya, sehingga empati mereka untuk membantu sesama mulai terpupuk.
Semangat gotong royong yang sebelumnya mulai luntur akibat globalisasi, saat ini mulai terpupuk kembali seiring dengan terjadinya pandemi COVID-19. Tanpa adanya gotong royong, pandemi diyakini tidak akan segera berakhir.
Oleh karena itu, gotong royong dalam menerapkan protokol kesehatan, termasuk membantu warga yang terdampak maupun terkena COVID-19, harus terus digalakkan agar pandemi dapat segera berakhir dan perekonomian pulih.