Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yanto, Ph.D mengatakan bahwa masyarakat dapat membangun rumah tahan banjir dengan cara menggunakan kerikil pada dasar lantai bangunan.
"Mengganti material tanah urug yang dipadatkan sebagai dasar lantai bangunan dengan menggunakan kerikil bisa menjadi alternatif mencegah banjir," katanya di Purwokerto, Kamis.
Dosen Jurusan Teknik Sipil Unsoed tersebut menjelaskan rumah tahan banjir dapat dirancang sebagai alternatif pengendalian banjir melalui modifikasi pada beberapa material dan sistem pengaliran air hujan.
Baca juga: Angin kencang dan banjir terjang Temanggung
Modifikasi yang dimaksud adalah dengan penggunaan kerikil sebagai dasar lantai karena kerikil memiliki kekuatan struktur yang baik, tidak mudah aus dan mampu meresapkan air dengan debit yang relatif besar.
"Salah satu bukti pemanfaatan kerikil untuk mendukung struktur bangunan adalah pada jalan rel," katanya.
Dia menambahkan bahwa selain menggunakan kerikil di bawah lantai bangunan, sistem pengaliran air hujan juga perlu dimodifikasi.
"Saluran air hujan yang biasanya dari atap bangunan dialirkan ke lahan dengan sistem drainase, pada rumah tahan banjir air hujan perlu dialirkan ke lapisan kerikil di bawah lantai bangunan tersebut," katanya.
Sebagai ilustrasi, kata dia, apabila terjadi hujan lebat sebesar 150 milimeter per hari setara dengan kedalaman air setebal 15 centimeter pada atap bangunan yang luasnya sedikit lebih besar dengan luas lantai.
"Dengan kedalaman pondasi rumah yang umumnya 50 centimeter dan porositas kerikil umumnya 30 persen, maka kapasitas rongga di bawah lantai bangunan setara dengan 15 centimeter," katanya.
Artinya, kata dia, jika tingkat curah hujan 150 milimeter per hari akan dapat ditampung semuanya dalam lapisan kerikil di bawah lantai bangunan untuk kemudian dialirkan ke dalam tanah.
Baca juga: Ratusan warga mengungsi ke puskesmas akibat banjir di Purworejo
Baca juga: BPBD Semarang pasang CCTV di 5 titik rawan banjir