"Harga bawang putih yang pada beberapa hari lalu sempat melonjak drastis, kini berangsur normal atau berkisar antara Rp45.000-Rp50.000 per kilogram," katanya di Semarang, Rabu.
Menurut dia, kenaikan harga bawang putih sebenarnya sudah dimulai sejak minggu ke empat Desember 2019, dimana permintaan mengalami peningkatan pada perayaan Natal dan Tahun Baru.
Baca juga: Operasi pasar bawang putih siap digelar di Batang
Kenaikan berikutnya menjelang Imlek, dan kemudian kenaikan terakhir yang hampir 100 persen terjadi di awal Februari 2020 dengan pemicu yakni ditutupnya impor dari Tiongkok guna mengantisipasi penyebaran virus corona.
Puncak kenaikan bawang putih terjadi pada minggu pekan Februari 2020, sedangkan saat ini harganya sudah mulai turun.
Kenaikan harga bawang putih itu disebabkan adanya keterlambatan distribusi akibat belum optimalnya kegiatan perdagangan di negara asal karena libur perayaan Imlek dan adanya sentimen negatif isu virus Corona yang merebak di Negeri Tirai Bambu.
Berbagai langkah telah dilakukan Pemprov Jateng bersama instansi terkait lainnya untuk mengetahui penyebab melonjaknya harga bawang putih dan komoditas lainnya di pasaran antara lain, mengintensifkan pantauan harga khususnya komoditas bawang putih pada pasar, memantau perubahan dan laporan harga komoditas bawang putih di 35 kabupaten/kota.
"TPID Provinsi Jateng juga menggelar inspeksi ke sejumlah pasar tradisional dan distributor sebagai upaya menstabilkan harga bawang putih di pasaran," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pemerintah pusat untuk menjadikan bawang putih sebagai salah satu komoditas prioritas guna mengantisipasi terjadinya gejolak harga akibat terbatasnya pasokan.
"Dengan dijadikannya bawang putih sebagai komoditas prioritas, maka diharapkan pasokan di Tanah Air tidak lagi terganggu," kata Ganjar.
Baca juga: Kurangi impor, pemerintah perlu optimalkan budi daya bawang putih
Baca juga: Kementan terus lakukan operasi pasar hingga harga terkendali