Kertas pematangan buah ini ciptaan siswa SD Global Mandiri Cibubur
Purwokerto (ANTARA) - Dua siswa kelas 5 SD Global Mandiri (Sekolah Global Mandiri) Cibubur, Bogor, Jawa Barat, menciptakan kertas pematangan buah untuk diikutsertakan dalam Lomba Pameran Karya Ilmiah (LPKI) SD/MI Tingkat Nasional di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Ide ini awalnya dari penjelasan guru, terus kami meniru hidup sehat dengan membiasakan makan buah setiap hari Jumat, kebanyakannya bawa pisang," kata Ketua Tim SD Global Mandiri Aldrich Wiraputra Sutandi didampingi rekannya, Samuel Mikael Kartawinata saat ditemui di sela kegiatan LPKI SD/MI Tingkat Nasional "Airforce Fair 2020" di SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah, Purwokerto, Jumat.
Akan tetapi, kata dia, kebanyakan buah pisang yang dibawa siswa itu terdapat bercak-bercak hitam dan kuningnya tidak merata yang ternyata disebabkan oleh penggunaan karbit sebagai media pemeraman buah.
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan aplikasi "Tuker Sampah"
Padahal, lanjut dia, karbit yang sebetulnya digunakan untuk mengelas logam itu merupakan bahan kimia yang berbahaya jika mengenai makanan atau buah.
"Kami membaca penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dan kami melihat bahwa daun lamtoro mengandung zat etilena yang sangat tinggi. Zat etilena itu bisa mempercepat pematangan buah," katanya.
Oleh karena itu, Aldrich bersama rekannya memanfaatkan daun lamtoro untuk dicampurkan dengan kertas bekas guna dijadikan sebagai kertas pematangan buah yang selanjutnya disebut dengan Kertabu.
Dalam hal ini, kata dia, kertas bekas tersebut dibuat bubur yang dicampur dengan bubur daun lamtoro dan lem agar bisa merekat ketika dicetak menjadi kertabu yang berbentuk kantong.
Menurut dia, proses pemeraman buah pisang menggunakan Kertabu tersebut berlangsung lebih cepat karena dalam dua hari sudah masak dan buahnya tetap sehat, sedang pemeraman menggunakan karbit membutuhkan waktu sekitar 60 jam.
"Penelitian ini kami lakukan selama satu bulan, baik di rumah maupun sekolah," katanya.
Ia mengakui jika selama ini daun lamtoro sering digunakan masyarakat untuk memeram buah pisang namun hal itu hanya sekali pakai karena setelah buah pisangnya masak, daun lamtoronya layu dan tidak bisa digunakan lagi.
"Kalau Kertabu bisa digunakan berulang kali selama kondisinya tidak basah atau rusak," katanya.
Baca juga: Siswa MAN Kudus ciptakan bungkus makanan alami (VIDEO)
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan alat mobilitas tunanetra "SO-LI Sense"
"Ide ini awalnya dari penjelasan guru, terus kami meniru hidup sehat dengan membiasakan makan buah setiap hari Jumat, kebanyakannya bawa pisang," kata Ketua Tim SD Global Mandiri Aldrich Wiraputra Sutandi didampingi rekannya, Samuel Mikael Kartawinata saat ditemui di sela kegiatan LPKI SD/MI Tingkat Nasional "Airforce Fair 2020" di SMA IT Al Irsyad Al Islamiyyah, Purwokerto, Jumat.
Akan tetapi, kata dia, kebanyakan buah pisang yang dibawa siswa itu terdapat bercak-bercak hitam dan kuningnya tidak merata yang ternyata disebabkan oleh penggunaan karbit sebagai media pemeraman buah.
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan aplikasi "Tuker Sampah"
Padahal, lanjut dia, karbit yang sebetulnya digunakan untuk mengelas logam itu merupakan bahan kimia yang berbahaya jika mengenai makanan atau buah.
"Kami membaca penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dan kami melihat bahwa daun lamtoro mengandung zat etilena yang sangat tinggi. Zat etilena itu bisa mempercepat pematangan buah," katanya.
Oleh karena itu, Aldrich bersama rekannya memanfaatkan daun lamtoro untuk dicampurkan dengan kertas bekas guna dijadikan sebagai kertas pematangan buah yang selanjutnya disebut dengan Kertabu.
Dalam hal ini, kata dia, kertas bekas tersebut dibuat bubur yang dicampur dengan bubur daun lamtoro dan lem agar bisa merekat ketika dicetak menjadi kertabu yang berbentuk kantong.
Menurut dia, proses pemeraman buah pisang menggunakan Kertabu tersebut berlangsung lebih cepat karena dalam dua hari sudah masak dan buahnya tetap sehat, sedang pemeraman menggunakan karbit membutuhkan waktu sekitar 60 jam.
"Penelitian ini kami lakukan selama satu bulan, baik di rumah maupun sekolah," katanya.
Ia mengakui jika selama ini daun lamtoro sering digunakan masyarakat untuk memeram buah pisang namun hal itu hanya sekali pakai karena setelah buah pisangnya masak, daun lamtoronya layu dan tidak bisa digunakan lagi.
"Kalau Kertabu bisa digunakan berulang kali selama kondisinya tidak basah atau rusak," katanya.
Baca juga: Siswa MAN Kudus ciptakan bungkus makanan alami (VIDEO)
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan alat mobilitas tunanetra "SO-LI Sense"