"Tantangannya wayang hari ini bagaimana bisa tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat saat ini, bukan sebagai bagian masyarakat masa lalu yang dirawat bukan atas dasar fungsi melainkan hanya penghormatan," ujar Nanang di Jakarta, Selasa.
Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa saat wayang masuk ruang digital seperti ini, orang akan berhitung soal nilai jual karena kalau wayang ingin menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan bukan kesenian yang dikonservasi atas dasar cinta.
"Wayang itu tidak pernah tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, selama ini juga begitu. Wayang dihadapkan pada ruang yang tidak melulu menjadi seni pertunjukan yang hanya bisa dinikmati dalam waktu dan ruang tertentu, namun hari ini wayang bisa menjadi data dan diputar ulang. Ruang digital bisa menjadi jembatan sebenarnya bahwa wayang bisa dinikmati di mana saja dan kapan saja," kata Nanang.
Menurutnya, ruang digital juga bisa memberikan tantangan kepada dalang untuk menggarap pertunjukannya supaya tidak membosankan karena harus selalu baru pada akhirnya.
Gerakan "Dalang Go Digital" merupakan gerakan yang telah dilakukan para pelaku seni pedalangan berupa digitalisasi pertunjukkan wayang, boneka wayang, digitalisasi naskah-naskah pewayangan, dan informasi lainnya terkait dunia pewayangan.
Bahkan masyarakat sekarang bisa menyaksikan pergelaran wayang secara "live streaming" tanpa beranjak dari rumah sambil bersantai dengan keluarga.
Media Internet juga lebih banyak digunakan dalang-dalang generasi muda sebagai sarana belajar mendalang atau meningkatkan kemampuan dari rekaman dalang-dalang seniornya, bahkan ada juga yang mengunakan sosial media sebagai sarana publikasi dan promosinya. (Editor : Subagyo).