Banjarnegara (Antaranews Jateng)- Kementerian Sosial mengerahkan Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) untuk mendampingi anak-anak pengungsi korban bencana gempa bumi di Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, salah satunya melalui kegiatan penyembuhan trauma (trauma healing).
"Jadi, ini (penyembuhan trauma, red.) suatu protap yang dikembangkan semenjak erupsi Gunung Merapi," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Kemensos Harry Hikmat di lokasi pengungsian, SDN Sidakangen 2, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, Senin.
Ia mengatakan bahwa kegiatan layanan dukungan psikososial tidak hanya diberikan pascabencana karena saat bencana itu terjadi, petugas harus mampu memberikan motivasi atau semangat dengan cara menyapa, merangkul, memberikan perhatian, dan menunjukkan empati.
Menurut dia, pihaknya mengembangkan sistem layanan psikososial tersebut secara masif berdasarkan pengalaman di sejumlah bencana hingga akhirnya terbentuklah tim LDP secara nasional.
Tim LDP tersebut tidak hanya terdiri atas pekerja sosial juga dari berbagai profesi dan salah satu tenaga ahlinya adalah Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto.
"Kalau ada bencana semacam di Banjarnegara, kami tinggal kontak teman-teman dari tim LDP dan langsung bergerak bersama sukarelawan, seperti Tagana, untuk memberikan sentuhan psikologis, misalnya ketika evakuasi," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, evakuasi tidak sekadar mengangkat manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga bagaimana menyentuh perasaan mereka agar kecemasannya dapat segera teratasi serta memberikan spirit untuk hidup.
Dirjen mengatakan saat terjadi bencana, banyak kelompok rentan, seperti ibu hamil, lansia, dan anak-anak, yang perlu mendapat perhatian khusus.
Akan tetapi, untuk kelompok laki-laki dewasa, lanjut dia, bisa mencari tempat untuk menyelamatkan diri sendiri. Hal itu berbeda jika mereka dengan keluarga.
"Kelompok rentan perlu perhatian khusus, seperti kelompok anak-anak, itu kalau tidak diberikan layanan psikososial, tentu saja mereka trauma dan bisa mengalami `posttraumatic syndrome` ketika mereka dewasa," katanya.
Sementara itu, psikolog Seto Mulyadi mengatakan bahwa Tim LDP Kemensos berusaha agar anak-anak korban bencana dapat segera kembali mengembangkan sosialisasi di antara mereka dengan bermain bersama teman dan sebagainya.
Menurut dia, Tim LDP juga memberikan pelatihan bagi sukarelawan untuk ditularkan kembali kepada keluarga korban bencana, khususnya ibu rumah tangga, agar bisa menangani anak-anak mereka setelah kembali ke rumah pascabencana.
"Beliau-beliau harus tetap ramah, tetap senyum, sabar, dan telaten menghadapi anaknya ketika mereka tiba-tiba mogok belajar dan sebagainya," kata Seto Mulyadi.