"Energi geotermal ini sayang jika tidak dimanfaatkan, bisa untuk menggantikan energi diesel di pulau-pulau di NTT, NTB atau di Maluku yang selama ini kurang memadai," kata Kepala BPPT Dr Unggul Priyanto di sela Forum Bali untuk Energi Bersih 2016 yang berlangsung 11-12 Februari di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Selama ini, pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil tidak pernah dibangun karena dinilai tidak ekonomis, padahal bermanfaat bagi masyarakat kepulauan, apalagi jika semua komponen diproduksi oleh perusahaan nasional.
Ia mencontohkan generator pembangkit listrik bisa dibuat oleh PT Pindad, turbinnya oleh PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP) anak perusahaan PT DI, kondensor oleh PT Boma Bisma Indra dan desain oleh BPPT, yang dengan demikian meniadakan berbagai komponen impor.
BPPT, lanjut Unggul, juga sedang membangun percontohan pemanfaatan uap panas buangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) yang selama ini tidak dimanfaatkan, bekerja sama dengan Jerman.
"Uap panas sisa hasil buangan PLTPB di Lahendong yang suhunya lebih dari 100 derajat Celcius masih bisa dipakai lagi untuk membangkitkan tenaga listrik hingga 500 kW. Ini akan jadi percontohan peningkatan kapasitas PLTPB," katanya.
Menurut Unggul, program pemanfaatan energi alternatif seperti panas bumi tidak seharusnya tersendat oleh turunnya harga minyak, karena cadangan energi fosil selain tidak bersih juga pasti akan habis.
Forum bertema "Bridging the Gap, Promoting Global Partnership" yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kala itu dihadiri lebih dari 700 orang, termasuk Menteri Energi negara sahabat, perwakilan pemerintah negara sahabat, hingga perwakilan organisasi internasional, sektor publik dan swasta, serta para ahli, praktisi, dan akademisi di bidang energi bersih.
Tujuan forum energi bersih itu adalah untuk menjembatani perbedaan dan memperlihatkan Center of Excellence (CoE) energi bersih kepada komunitas internasional sebagai pijakan menuju kerja global penyebaran energi bersih.