Solo (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendorong pengrajin batik menggunakan malam atau lilin berbahan minyak sawit untuk mengurangi penggunaan bahan baku impor.
"Jadi pada pelatihan ini kami memanfaatkan turunan sawit, dari kandungan minyak sawit. Harapan kami perajin bisa menggunakan sumber daya lokal yang melimpah," kata Perekayasa BPPT Indra Budi Susetyo di sela pelatihan dan lokakarya penggunaan malam berbahan turunan minyak sawit pada UKM batik di Gedung Sentra IKM di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan dengan memanfaatkan sawit tersebut diharapkan perajin bisa mengurangi penggunaan turunan minyak bumi. Menurut dia, penggunaan malam dari turunan sawit lebih tepat mengingat komoditas tersebut merupakan aset sumber daya lokal Indonesia.
Baca juga: Desa Pekiringan Purbalingga miliki potensi batik tulis
"Diharapkan perajin bisa menggunakan sumber daya lokal yang berlimpah ini, dan ke depan diharapkan mereka semua beralih ke sawit, jumlahnya kan sangat besar, Indonesia merupakan salah satu produsen sawit terbesar di dunia. Dalam hal ini minyak sawit merupakan sumber daya terbarukan, secara long term ini terjamin," katanya.
Pada kegiatan yang bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan didukung industri batik seperti Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, pihaknya melibatkan sebanyak 40 perajin batik se-Soloraya.
"Kegiatan ini tidak hanya kami lakukan di Solo tetapi juga beberapa daerah lain, di antaranya Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan Cirebon," katanya.
Pihaknya berharap dengan diterimanya produk tersebut oleh pasar, dapat tercipta konsumen baru bagi minyak sawit pada sektor yang belum tersentuh sehingga meningkatkan konsumsi minyak sawit.
"Selain itu juga membuka peluang penciptaan wirausaha baru dan lapangan kerja di bidang industri pembuatan bio-pas pengganti parafin untuk lilin atau malam batik, serta makin dikenalnya produk lilin malam batik berbasis sawit," katanya.
Sementara itu salah satu perajin batik dari Kabupaten Sragen Sarmini mengatakan baru kali ini menggunakan lilin dari bahan minyak sawit.
"Baru kali ini pakai tetapi agak lengket, kalau hasilnya saya tidak tahu pecah atau tidak. Kan ini belum selesai," katanya.
Ia mengatakan jika harga bahan baku malam dari minyak sawit tersebut sesuai dengan ongkos produksi dan tidak mengurangi keuntungan, maka tidak menutup kemungkinan ia akan beralih menggunakan malam dari minyak sawit.
"Kalau biasanya saya pakai malam yang harga per kilogram Rp40.000, itu yang kualitasnya bagus. Biasanya untuk satu lembar kain rata-rata butuh 1/4 kilogram malam," katanya.
Baca juga: Jateng mulai bangkitkan fesyen dimulai dari Batik Lasem
Baca juga: 100 perajin batik di Batang peroleh sertifikasi