"Ratusan embung tersebut diusulkan dibangun di Kabupaten Grobogan, Jepara, Kudus, Demak, Blora, dan Rembang," ujarnya di Kudus, Minggu.
Selain mengusulkan pembangunan embung baru, kata dia, embung yang sebelumnya telah ada juga direncanakan untuk diperbaiki.
Ia mengharapkan daya tampung airnya juga lebih maksimal sehingga ketika musim kemarau tiba bisa dimanfaatkan warga setempat.
Biaya pembuatan embung baru, kata dia, mencapai sekitar Rp100 juta, sedangkan perbaikan saja hanya menghabiskan anggaran sekitar Rp50 juta.
Dalam pembuatan embung baru, kata dia, kendalanya terkait dengan ketersediaan lahan.
"Jauh lebih mudah ketika ada warga yang bersedia menjual tanahnya untuk dibangun embung, ketimbang harus membangun embung menggunakan tanah bengkok karena proses pembebasannya jauh lebih rumit," ujarnya.
Embung baru yang diharapkan, kata dia, memiliki ukuran luas sekitar 50x50 centimeter.
Jumlah embung yang bakal menjadi sasaran revitalisasi yang tersebar di sejumlah kabupaten sebanyak 33 embung dengan berbagai ukuran dan kondisi.
Program pembangunan embung tersebut, kata dia, sejalan dengan keinginan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo membangun 1.000 embung untuk mengatasi kesulitan air pada musim kemarau.
Dengan adanya embung, kata dia, saat musim kemarau bisa menjadi sumber air baku untuk sumur warga karena beberapa sumur warga selama ini mengandalkan ketersediaan air dari saluran air irigasi.
Ia memperkirakan proyek pembangunan embung maupun revitalisasi embung baru bisa terlaksana pada 2016 karena tahun ini diprioritaskan untuk kabupaten lain di luar wilayah eks-Keresidenan Pati.
"Jika ketersediaan anggarannya juga terbatas, pelaksanaannya nanti tentu berdasarkan skala prioritas," ujarnya.